Selasa, 28 April 2020

Percikan: Kehidupan Tanpa Cita-cita


Kehidupan individu tanpa pancaran cita-cita adalah lebih sempit daripada lingkaran lubang cincin. Bahkan lebih sempit lagi daripada lubang jarum.

Penyair masa lalu telah mengatakan:

Alangkah sempitnya kehidupan,

Andaikata tiada luasnya cita-cita.

Sedangkan kehidupan masyarakat tanpa cita-cita adalah kehidupan statis, mati, tak ada nyawa dan tak ada dinamika. Seandainya tak ada cita-cita, maka tak ada orang yang membangun suatu bangunan, tiada orang yang menanam tanaman dan ilmu pengetahuan pun tidak akah melangkah maju ke depan.

Kisah: Seimbang Dunia dan Akhirat


Syaikh Ashmu’i meriwayatkan bahwa beliau pernah melihat seorang wanita di hutan belantara. Ia membawa tasbih, namun ia pun bercelak dan berhias diri, lalu beliau pun bertanya: “Mengapa engkau bersikap seperti itu?”.

Semula beliau menganggap aneh kalau dia seorang yang membiasakan diri berdzikir kepada Allah SWT dan bertasbih. Sebab, pada saat itu ia memang sedang bermain dan berdandan. Namun wanita itu spontanitas mengucapkan syair:

Kupunya waktu untuk Allah

Tiada kuabaikan selamanya

Dan aku punya waktu

Untuk bermain dan menganggurku

Dengan ucapan wanita seperti itu, Syaikh Ashmu’i lalu berkata dalam hati:

“Kalau begitu aku mengerti bahwa dia adalah seorang wanita yang shalih yang juga mempunyai suami. Ia berhias diri untuk suaminya”.

Syair: Usia yang Bertambah


Sungguh kita bersuka ria

Terhadap hari yang kita tempuh

Padahal satu hari yang utuh

Lewatkan kadar dari usia

Syair: Usia Yang Berlalu


Syaikh Abu Ali Ad-Daqqaq:

Setiap hari yang berlalu

Mengambil sebagian dari hidupku

Menyebabkan penyesalan hati

Tapi, ia terus pergi.

Syair: Umur Tidak Berkah


Jikalau hari lewat padaku,

Sedang petunjuk tiada kuambil

Ilmu pengetahuan tiada kucari

Tak ada berkah bagi umurku.

Syair: Umur Kedua


Syauqi:

Denyut jantung seseorang

Adalah berkata kepadanya

Bahwasanya kehidupan orang

Manit dan detik berjalan saja

Luhurkanlah setelah matimu

“sebutan baik” bagi dirimu

Sebutan baik bagi manusia

Itulah umur yang kedua

Syair: Tradisi Nenek Moyang


Al Mutanabbi:

Jika engkau membanggakan

Orang tua yang di muliakan

Sungguh benar, akan tetapi

Amat buruk yang mereka lahirkan

Syair: Tidak Mengandalkan


Bahwasanya kita ini,

Kendati mulia pemuda kita

Kondisi kita senantiasa

Tiada berserah kepada Bapak

Kita membangun, mereka membangun

Kita berbuat, mereka berbuat.

Syair: Takdir Tuhan


Hai kiranya perasaanku

Dimanakah harapanku

Sesungguhnya harapan dan pengandaian

Adalah melelahkan

Apa yang luput dari padaku

Tidak akan dapat kembali

Dengan sesalan dan harapan

Begitu pula pengandaian

Takdir Tuhan telah dahulu

Begitu juga keputusan-Nya

Kosongkan saja dari hatimu

Barangkali dan seandainya.

Syair: Petaka Pengangguran


Pengangguran menimbulkan kesibukan

Timbulnya petaka daripada pengangguran.

Syair: perputaran Waktu


Berulangnya waktu pagi dan lewatnya petang,

Membuat si kecil menjadi tua dan melemahkan si tua renta.

Bila malam menimbulkan kelemahan siang harinya,

Setelah itu datang giliran masa pemuda.

Syair: Penyesalan


Di hari berhimpun nanti

Anda tak punya sama sekali

Selain bekal sebelum mati

Sampai datangnya berhimpun nanti

Jikalau anda tidak menanam

Padahal anda lihat pengetam

Tentulah anda menyesal diri

Karena lalai menanam biji

Syair: Pembaharuan


Syauqi:

Janganlah mengikuti kelompok manusia yang sesat

Yang mengira segala yang lama sebagai kemungkaran

Jika berkuasa di masyarakat, mereka ingkar

Kepada sesepuh yang telah gugur dan panjang umur

Serta pejuang serta penghancur masa dahulu

Bila di depan, lalai membangun

Syair: Mencerca Masa 3


Aku bertanya kepada masaku

Yang sangat cinta kebodohan

Yang amat bangga keburukan

Yang berciri khusus kejahatan

Aku bertanya kepadanya

Adakah jalan menuju keluhuran

Jawabnya: ada dua jalan

Itulah kebodohan dan kekurangan

Syair: Mencerca Masa 2


Kita mencerca kepada masa

Padahal cela kita hayati

Tiada cela bagi masa

Namun yang cela kita sendiri

Kita mengejek penghayat masa

Tanpa alasan ataupun dosa

Jikalau masa dapat berkata

Tentu mengejek kepada kita

Syair: Mencerca Masa 1


Sesungguhnya siang dan malam itu

Selama silih pergantiannya

Tiada rusak di kala itu

Namun yang rusak manusianya.

Syair: Matinya Orang Dzalim


Itulah orang yang bila hidup

Tidak diserap manfaatnya

Jikalau ia meninggal

Tidaklah sudah kerabatnya

Syair: Masa 2


Tiada lain masa itu

Dua saat yang dikenal

Memikir masa yang telah lalu

Merenung masa yang masih tinggal

Syair: Masa 1


Masa lalu telah terbuang

Masa depan masih sembunyi

Bagi anda masa sekarang

Masa yang sedang anda hayati

Syair: Lamunan


Dengan lamunan ku sakiti hatiku

Semoga aku memberi rasa gembira

Kesedihan yang ada pada diriku

Dengan bermaca cita-cita.

Aku telah mengetahui

Hubunganmu tak diharapkan

Akan tetapi aku sendiri

Tidak terangkat dengan lamunan

Syair: Lamunan Kosong


Janganlah anda senantiasa

Menjadi hamba lamunan kosong

Karena lamunan-lamunan saja

Kapital orang tiada uang

Syair: Kehidupan Dunia


Kehidupan dunia itu

Kesenangan yang memperdaya

Orang bodoh dan tertipu

Adalah orang yang memilihnya

Syair: Kebanggaan Diri


Jadilah putera yang kau inginkan

Capailah terus tata susila

Yang terpuji mengangkat anda

Dari nasabmu yang hina dina

Pemuda sejati yang mengatakan:

Ingatlah, ini adalah aku

Bukan pemuda yang mengatakan:

Semua itu jasa ayahku.

Syair: Jangan Menunda 2


Aku tak akan menunda-nunda

Pekerjaan kini ke esok hari

Semata-mata karena malas

Karena hari para pemalas,

Mesti menunda ke esok hari.

Syair: Jangan Menunda 1


Kerjakan tugas di hari ini

Jangan menanti ke hari esok

Tiada penanggung derita ngeri

Yang siap datang di hari esok

Syair: Datangnya Ajal


Carilah bekal dari taqwa

Karena anda tidak mengerti

Jikalau malam gelap gulita

Sampai fajarkah hidup menanti

Banyak sekali orang yang sehat

Ia meninggal tanpa derita

Banyak sekali orang yang sakit

Ia pun hidup sepanjang masa

Banyak pemuda di sore hari

Dan pagi hari aman sentausa

Kain kafannya di tenun rapi

Tidak mengerti tidak merasa

Syair: Bergulirnya Masa


Seseorang bersuka hati

Selama kepergian malam

Namun perginya malam itu

Pagi yang mesti dan memang tentu

Syair: 3 Macam Waktu


Kemarin anda telah pergi

Sebagai saksi yang sederhana

Pagi-pagi di hari ini

Sebagai saksi bagi anda

Jika kemarin anda berada

Berbuat amal-amal yang keji

Amal yang baik ikutkan saja

Dengan begitu anda akan terpuji

Jangan mengundur amal yang baik

Di hari ini ke esok hari

Mungkin saja datangnya esok

Padahal anda orang yang mati

Hari ini anda betulkan

Kepada anda guna kembali

Hari kemarin yang terus jalan

Tiada mungkin dapat kembali

Minggu, 26 April 2020

Percikan: Nilai Sebuah Waktu


Barang siapa tidak mengerti nilai waktu sekarang ini, di waktu hidup ini, maka akan datang baginya suatu masa yang pada masa itu ia akan mengerti kadar keindahannya dan nilai amal di dalamnya. Namun, masa yang indah itu telah hilang.

Syair: Tidak Tahu Balas Budi


Syair Abu al-Batha’

Aku telah mengajarinya memanah setiap hari,

Dan saat pergelangan tangannya sudah kuat,

Ia justru berbalik memanahku.

Syair: Usia


Jikalau mati itu akhir usia,

Pendek panjangnya adalah sama.

Syair: Penyesalan


Hai kiranya kembalilah masa muda,

Kuberitahu perbuatan si tua bangka.

Syair: Kejenuhan


Syair Shalih bin Abdul Quddus:

Kejenuhan datang saat engkau mengajari orang bodoh

Yang mengira bahwa justru engkaulah yang bodoh.

Ia menganggap dirinya lebih pintar darimu.

Kelak, seorang anak akan mencapai kesempurnaan

Meski engkau telah mendidik dan membinanya

Toh ada orang lain yang akan merusaknya

Kapankah seorang bodoh akan menyudahi keburukannya

Bila tidak ada penyesalan dalam dirinya?

Cukup banyak orang bijak yang lebih

Mengutamakan hak guru atas hak orang tua

Bahkan sebagian dari mereka mengatakan:

“Wahai orang yang bangga dengan kebodohan nenek moyangnya,

Dan meninggalkan keagungan dan kemuliaan!

Nenek moyang kamilah penyebab keberadaan diri kami

Tidak pantas membanggakan kehormatan yang telah lenyap

Orang yang mengajari orang lain itulah sebaik-baiknya orang tua.

Ia sajalah yang disebut orang tua ruh, bukan orang tua badan”.

Syair: Cepatnya Waktu Berlalu


Tahun jumpa dan gembira telah berlalu,

Karena cepatnya laksana hari yang sedang lalu.

Hari-hari buruk datang berganti setelahnya,

Bagai bertahun-tahun karena lamanya.

Habislah tahun dan penghayatnya,

Bagai impian bagi mereka.

Syair: Bodoh


Abu al-Qasim al-Amidi:

Jika engkau tidak tahu dan tak mau bertanya kepada orang yang tahu,

Maka bagaimana mungkin engkau bisa tahu?

Engkau bodoh tetapi tidak tahu bahwa engkau bodoh.

Lalu, dari mana engkau akan tahu bahwa engkau tidak tahu?

Jika setiap masalah tak engkau ketahui ilmunya,

Maka engkau tidak akan mengenal tempat yang engkau pijak.

Yang paling menakjubkan adalah bahwa engkau tidak tahu

Dan engkau tidak tahu bahwa engkau tidak tahu.

Syair: Berlalunya Waktu


Setiap orang pasti menumpang punggung usianya

Menempuh rantau setiap hari setiap malam bermalam,

Berpanas surya setiap hari setiap malam,

Jauh dari dunia bertambah dekat ke pemakaman.

Syair: Ahli Agama


Al-Mubarrad membacakan syair gubahan Abu Sulaiman al-Ghanawi:

Bertanyalah kepada ahli ilmu agama,

Niscaya engkau akan menjadi ahli seperti dia.

Sebab, tak ada kebaikan dalam ilmu yang tidak direnungkan.

Jika berbagai urusan menjadi sangat rumit, maka tangguhkanlah

Dan pilihlah urusan yang tidak menyulitkanmu.

Syair: Ketidaksesuaian Ucapan dan Tindakan


Syair Ahmad bin Yusuf:

Orang yang mengerjakan perbuatan keji dan menyuruh berbuat baik

Sama seperti pemberi petunjuk yang tenggelam dalam kegelapan

Atau seperti dokter yang lemah karena suatu penyakit,

Padahal ia biasa mengobati penyakit seperti itu.

Wahai pemberi nasihat manusia tetapi enggan menerimanya!

Bersihkanlah bajumu atau, bila tidak, jangan mengotorinya!.

Syair: Orang Berilmu


Syair gubahan Abu Bakar bin Duraid

Seorang berilmu dan berakal adalah anak dirinya sendiri

Ilmunya mencukupinya lebih dari yang lainnya.

Jadilah anak seorang yang engkau kehendaki,

Dan jadilah engkau seorang pendidik.

Sebab, seseorang mulia karena kepandaiannya.

Orang yang dimuliakan orang lain tidaklah sama

Dengan orang yang dimuliakan oleh dirinya sendiri.

Syair: Manfaat Ilmu


Jika ilmumu tidak membuatmu tenar dan terkenal,

Maka tak ada seorang pun yang mau menerima ilmumu.

Jika ilmu yang telah engkau emban itu bisa memeliharamu,

Maka akan datang orang yang mengambil dan membawanya.

Syair: Kerjakanlah Perintahku


Kerjakanlah sesuai dengan ucapanku,

Meski aku mengerjakannya tidak sepenuhnya.

Sebab, ucapanku akan bermanfaat bagimu dan

Kekuranganku tidak membahayakanmu.

Syair: Keagungan Ilmu


Ziyadah bin Zaid:

Jika bukan ilmuku yang habis,

Akulah yang akan lenyap di sisinya.

Makin panjang ilmu, makin panjang usia.

Habis ilmu, habislah usia

Perbuatan seseorang memberi tahuku

Ihwal ketidakhadirannya.

Cukuplah perbuatan seseorang memberitahukan ihwal ketidakhadirannya.

Syair: Jangan Menghina


Syair gubahan Abu Bakar bin Duraid

Janganlah engkau menghina seorang pengajar,

Meskipun pakaiannya tidak bagus dipandang mata.

Lihatlah ia dengan mata orang beradab dan terdidik

Dalam mengungkapkan dan mengemukakan pendapat.

Tataplah ia dengan sopan saat melihatnya berpakaian buruk,

Agar engkau melihatnya bagaikan wajah seorang raja

Atau mahkota di persimpangan jalan.

Syair: Jaga Lisan


Biasakan lidahmu tidak banyak melontarkan kata-kata,

Dan jagalah perkataanmu sebisa mungkin.

Janganlah engkau menasihati orang lain,

Sementara engkau sendiri memerlukan nasihat.

Syair: Hidup Tenteram


Ibn al-Amid bersyair:

Barang siapa ingin hidup tenteram dan bermanfaat

Untuk kepentingan agama dan dunianya,

Maka hendaklah ia melihat orang yang lebih tinggi akhlaknya

Dan memandang orang yang lebih sedikit hartanya.

Kamis, 23 April 2020

Syair: Wewangian


Jika minyak za’faran adalah wewangian para gadis,

Maka tinta adalah wewangian para jejaka.

Syair: Usaha Keras


Sabiq al-Barbari mengungkapkan,

Jika engkau mencela usaha keras,

Maka bertambahlah ketergantunganmu.

Jiwa berusaha dengan seluruh kemampuannya.

Kembalilah padanya dengan lemah lembut,

Bila jiwanya tidak keras kepala.

Sebab, kelembutan akan memberikan penghargaan diri.

Syair: Tulisan


Sebagian ulama menyatakan kepada seorang penyair Bashrah,

Kecamlah saudaramu atas buruknya tulisannya,

Dan maafkanlah kesalahannya karena kecermatannya.

Ketahuilah bahwa penyusunan tulisan dimaksudkan

Hanya untuk menjelaskan tali bermutiara.

Jika makna dari tulisan itu jelas, maka keindahannya

Akan menambah kesempurnaannya.

Syair: Teka Teki


Seseorang mati dan meninggalkan seorang putra

Seorang ibu putri seorang bapak saudara perempuan bapaknya

Bersamanya seorang ibu dari anak-anaknya dan seorang bapak

Saudara perempuan anak paman saudara laki-lakinya

Syair: Penolong


Cukupnya kecintaan bukanlah suatu penolong,

Bila tidak ada penolong diantara tulang rusuk.

Syair: Pengangguran


Sungguh, pengangguran telah menjauhkan dirimu dari kesibukan.

Tidak sedikit penyebab bencana bersumber dari pengangguran.

Inilah alasan yang dapat kami kemukakan ihwal sebab-sebab

Yang menghalangi pemahaman tentang makna suatu ungkapan.

Mudah-mudahan kita terhindar dari kerancuan dalam

Mengeluarkan isi pikiran dan dari ketidakmampuan

Menyingkap makna sebuah ungkapan.

Syair: Mengulang Ilmu


Jika seorang berilmu tidak mengulang-ulang ilmunya

Dan tidak mengambil manfaat dari suatu ilmu, maka

Ia akan lupa pada ilmu-ilmu yang pernah dipelajarinya.

Cukup banyak orang yang mengumpulkan buku-buku

Dari berbagai madzhab, tetapi seiring dengan berjalannya hari,

Dengan mengumpulkannya, ia justru bertambah buta.

Syair: Menghormati Seseorang


Seorang penyair bersenandung,

Sesungguhnya seorang pengajar dan dokter hanya

Akan memberi nasihat bila mereka berdua dihormati.

Bersabarlah merasakan penyakit yang menimpamu

Bila engkau tidak menghormati sang dokter.

Dan bersabarlah menjalani kebodohanmu

Bila engkau tidak menghormati pengajar.

Syair: Kesukaan


Aku dilarang dari sesuatu dan aku pun makin menyukainya.

Sesuatu yang paling disukai seseorang adalah sesuatu yang dilarang.

Syair: Jiwa Manusia


Farazdaq

Setiap orang mempunyai dua jiwa:

Jiwa kemuliaan dan jiwa lainnya dapat

Menjadikan pemuda bermaksiat atau berbuat taat.

Salah satu jiwamu menolongmu kepada kebajikan

Bila tidak ada banyak penghalang yang membebaskannya.

Syair: Ilmu


Ar-Rabi’ membacakan syair gubahan Imam Asy-Syafi’i

Ilmuku selalu bersamaku dimanapun aku berada.

Hatiku menjadi wadah baginya, bukan perut peti

Jika aku berada di rumah, maka ilmu menyertaiku.

Jika aku berada di pasar, maka ilmu pun menyertaiku.

Syair: Hawa Nafsu


Menolak hawa nafsu dari orang yang mengikuti

Hawa nafsu sungguh sungguh mulia.

Sungguh, hawa nafsu tidak mampu membeda-bedakan.

Syair: Dari yang Kecil


Mulailah dari yang kecil dan yang kecil ini

Akan mengantarkanmu kepada yang besar.

Dengan memikirkan yang kecil, engkau akan

Mengetahui yang besar sesudah yang kecil

Syair: Dakwah


Ar-Rayasi melantunkan syair gubahan Mush’ab bin Abdullah

Aku akan membantah setiap orang yang menentang,

Yang hanya bersandar pada prasangka belaka.

Aku akan jadikan agamanya sebagai sasaran agamaku,

Dan aku tinggalkan pendapat orang lain.

Pendapatnya bukanlah ilmu yakin atau pasti.

Aku tidak setuju dengan permusuhan,

Karena ia adalah sesuatu yang memalingkan.

Apa yang ku ketahui sudah cukup bagiku dan

Yang tidak kuketahui, jauhkanlah.

Syair: Bertanya


Basyar bin Burd mengungkapkan,

Kesembuhan seorang buta dikarenakan banyak bertanya.

Langgengnya kebutaan disebabkan diam pada kebodohan.

Jadilah seorang penanya sesuatu yang menjadi perhatianmu.

Ajaklah saudaramu membahasnya dengan menggunakan akal.

Rabu, 22 April 2020

Syair: Tidak manfaatnya Harta Benda


Berapa banyak harta benda orang kafir,

Hanya menambah kekafirannya kepada Allah

Sementara orang Mukmin yang tidak punya dirham,

Imannya akan terus bertambah dalam kemiskinannya.

Wahai orang yang sibuk mencela waktu!

Waktu diutus oleh pengaturnya

Dan berjalan sesuai dengan perintah yang mengaturnya.

Syair Imam al-Khalil : Beda Orang Berilmu dan Orang Tidak Berilmu


Orang berderajat tinggi tidak akan pernah sama

Dengan orang yang menduduki derajat rendah

Sama sekali tidak.

Orang berilmu tidak sama dengan orang bodoh

Nilai seseorang bergantung pada kebaikan yang dikerjakannya,

Dan inilah ucapan dari Imam Ali

Syair Imam Syafi'i :Kedudukan Orang Bodoh dan Orang Berilmu


Rabi’ mengungkapkan syair gubahan Imam asy-Syafi’i

Kedudukan orang bodoh dengan orang berilmu adalah

Sama seperti kedudukan orang berilmu dengan orang bodoh

Satu sama lain tidak mau saling mendekat,

Dan yang satunya lagi lebih membencinya.

Jika kecelakaan meliputi orang bodoh,

Maka ia akan makin melawan orang berilmu.

Syair: Penguasaan Ilmu


Jika kita sudah menguasai sebuah sebuah ilmu,

Maka akan bermunculan ilmu-ilmu lainnya.

Syaikh Rasyid ungkapkan ihwal sosok al-Mahdi,

Katanya, “Wahai jiwa, selamilah lautan ilmu.

Sungguh, manusia berada diantara umum dan khusus.

Tak ada satu pun di dunia ini yang bisa dikuasai manusia,

Kecuali dengan kekurangan dan kekurangan lainnya.

Syair: Keutamaan Waktu


Jika perjalanan waktu tidak melahirkan keutamaan dalam,

Diri seseorang, maka engkau layak menyebutnya anak kecil.

Tahun demi tahun berlalu tanpa arti dan engkau tidak

Memanfaatkannya untuk menimba ilmu dan keutamaan

Aku melihat masa yang dipergunakan secara tidak benar,

Lebih condong kepada setiap orang yang bodoh,

Dan seolah-olah kebodohan hidup terus bersamanya.

Syair: Ketakutan


Jangan hadapi berbagai urusan dengan penuh rasa takut

Sebab, rasa takut selalu membawa kepada kegagalan

Syair: Kematian bagi Orang - Orang Bodoh


Dalam kebodohan, ada kematian bagi orang-orang bodoh,

Yang menjemputnya sebelum kematian sesuangguhnya tiba.

Tubuh mereka tidak lain hanyalah sebuah kuburan di tanah belaka.

Jika seseorang tidak hidup dengan ilmu,

Maka ia tidak ada bedanya dengan bangkai,

Baginya, tidak ada kehidupan setelah kematian

Sampai ia dibangkitkan.

Syair: Kebutuhan Hidup


Kami pulang dan pergi untuk memenuhi kebutuhan kami

Dan kebutuhan orang hidup tidaklah pernah berhenti

Kebutuhan seseorang akan berhenti sesudah ia mati.

Dan kebutuhan akan tetap ada selama ia masih hidup.

Syair: Kerja Keras


Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma

Jika ada sesuatu yang mengagumkan diriku,

Maka itulah usaha keras seorang anak muda,

Sementara ia sendiri tidak tahu takdir atas dirinya.

Ia berusaha menjalani berbagai hal yang tidak diketahuinya.

Jiwa hanyalah satu, sementara keinginan menyebar di mana-mana.

Daftar Nilai PAT PKK Kelas XI TBSM

DAFTAR NILAI PKK PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT)      SMK MUHAMMADIYAH 3 SUKOLILO TAHUN PELAJARAN 2019/2020   KELAS            : XI...