Sabtu, 18 April 2020

Kitab Tauhid Bab 6. Tafsiran Tauhid dan Syahadat “La Ilaha Illallah”

Firman Allah Ta’ala:
“Orang-orang yang diseru oleh kaum musyrikin itu, mereka sendiri senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada-Nya), dan mereka mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan siksa-Nya, sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti”. (QS. Al-Israa’:57).

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya: Sesungguhnya aku melepaskan diri dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukiku (kepada jalan kebenaran). (QS. Az-Zukhruf:26-27).

Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan (mereka mempertuhankan pula) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka itu tiada lain hanya diperintahkan untuk beribadah kepada Satu Sembahan, tiada Sembahan yang haq selain Dia. Maha Suci Allah dari perbuatan syirik mereka. (QS. At-Taubah:31).

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...” (QS. Al-Baqarah:165)

Diriwayatkan dalam Shahih (Muslim), bahwa Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa mengucapkan “La Ilaha Illallah” dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan) nya adalah terserah Allah ‘Azza wa Jalla.

Keterangan tentang bab ini adalah pada bab-bab berikutnya. Adapun kandungan bab ini menyangkut masalah yang paling besar dan paling mendasar, yaitu: Tafsiran “Tauhid” dan Tafsiran “Syahadat”.

Masalah tersebut telah diterangkan oleh bab ini dengan beberapa hal yang cukup jelas, antara lain:
1.      Ayat dalam surat Al-Israa’. Diterangkan dalam ayat ini bantahan terhadap kaum musyrikin yang menyeru (meminta) kepada orang-orang shaleh. Maka, ayat ini mengandung suatu penjelasan bahwa perbuatan mereka itu adalah syirik akhbar.

2.      Ayat dalam surat Bara’ah (At-Taubah). Diterangkan dalam ayat ini bahwa kaum Ahli Kitab telah menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan diterangkan bahwa mereka tiada lain hanya diperintahkan untuk beribadah kepada Satu Sembahan, yaitu Allah. Padahal tafsiran ayat ini, yang jelas dan tidak dipermasalahkan lagi, yaitu mematuhi orang-orang alim dan rahib-rahib dalam tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum Allah, dan maksudnya adalah bukanlah kaum Ahli Kitab itu menyembah mereka.

3.      Kata-kata Al-Khalil Ibrahim as kepada orang-orang kafir:
”Sesungguhnya aku melepaskan diri dari apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku...”.

Disini beliau mengecualikan Allah dari segala sembahan. Pembebasan diri (dari segala sembahan yang bathil) dan pernyataan setia (kepada sembahan yang haq, yaitu Allah) adalah tafsiran yang sebenarnya dari syahadat La Ilaha Illallah.

Allah SWT berfirman:
“Dan Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya, supaya mereka kembali (kepada jalan kebenaran). (QS. Az-Zukhruf:28).

4.      Ayat dalam surat Al-Baqarah yang berkenaan dengan orang-orang kafir, yang dikatakan oleh Allah dalam firman-Nya:
“Dan mereka tidak akan dapat keluar dari neraka”.

Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa mereka menyembah tandingan-tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai kecintaan yang besar kepada Allah, akan tetapi kecintaan mereka ini belum bisa memasukkan mereka kedalam Islam.

Lalu, bagaimana dengan orang yang mencintai sembahannya lebih besar daripada kecintaannya kepada Allah? Kemudian, bagaimana dengan orang yang hanya mencintai sembahan selain Allah itu saja dan tidak mencintai Allah?

5.      Sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa mengucapkan La Ilaha Illallah dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedangkan hisab (perhitungan) nya adalah terserah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Ini adalah termasuk hal terpenting yang menjelaskan pengertian La Ilaha Illallah. Sebab, apa yang dijadikan Rasulullah sebagai pelindung darah dan harta bukanlah sekedar mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah itu, bukan pula dengan mengerti makna dan lafadznya, bukan pula dengan mengakui kebenaran kalimat tersebut, bahkan bukan juga karena tidak meminta kecuali kepada Allah saja yang tiada sekutu bagi-Nya. Akan tetapi, tidaklah haram dan terlindungnya harta dan darahnya hingga dia menambahkan kepada pengucapan kalimat La Ilaha Illallah itu pengingkaran kepada segala sembahan selain Allah. Jika dia masih ragu atau bimbang, maka belumlah haram dan terlindung harta dan darahnya.

Sungguh agung dan penting sekali tafsiran “Tauhid” dan syahadat La Ilaha Illallah yang terkandung dalam hadits ini, sangat jelas keterangan yang dikemukakannya dan sangat meyakinkan argumentasi yang diajukan bagi orang yang menentang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Nilai PAT PKK Kelas XI TBSM

DAFTAR NILAI PKK PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT)      SMK MUHAMMADIYAH 3 SUKOLILO TAHUN PELAJARAN 2019/2020   KELAS            : XI...