Sabtu, 21 Maret 2020

Kisah Nabi Jirjis As


Dalam Kitab As-Sab'iyat fi Mawazh Al-Bariyat terdapat sebuah kisah yang sangat menawan hati. Kisah Tersebut menceritakan tentang seorang nabi yang mati hingga seratus kali dan hidup kembali.
 
Kisah Nabi Jirjis As - Mati Seratus Kali
Pada zaman dahulu hidup seorang raja penyembah berhala bernama Raja Darriyan. Dia terkenal sangat dzalim. Seluruh rakyat diperintahkannya agar menyembah patung-patung miliknya, dan yang tidak tunduk dilemparkan ke dalam api besar yang telah disediakan. Banyak rakyat jelata yang mati di tangannya.
 
Kepada raja durjana itu kemudian Allah mengutus seorang Nabi-Nya yang bernama Jirjis bin Qulthin. Ia ditugaskan untuk membasmi angkara murka yang dilakukan Raja Darriyan dan menyebarkan ajaran-Nya kepada kaum itu. Suatu ketika terjadilah pertemuan antara Nabi Jirjis As dengan Raja Darriyan yang kejam itu, lalu terjadilah dialog di antara mereka.
 
"Mengapa Anda tunduk menyembah kepada berhala yang tidak dapat mendengar, melihat, dan tak dapat memberi kekayaan kepadamu?" tanya Nabi Jirjis As dengan suara yang tenang.
 
"Sesungguhnya harta dan tahta kerajaan, serta seluruh nikmat kemegahan ini, kuperoleh semenjak aku menyembah kepada berhala-berhala sesembahanku itu. Dan aku tidak melihat kesenangan pada dirimu sebagai hasil penyembahanmu kepada Tuhan yang engkau agung-agungkan itu," sanggah Raja Darriyan.
 
"Sesungguhnya segala kenikmatan dan kesenangan duniawi akan sirna. Sedangkan nikmat akhirat yang Allah anugerahkan kepadaku akan langgeng," sahut Nabi Jirjis As mencoba menyadarkan sang raja.
 
Selanjutnya terjadilah debat yang sangat sengit di antara keduanya. Karena merasa terdesak, hal ini membangkitkan emosi sang raja. Begitu geramnya ia kepada Nabi Jirjis As sehingga akhirnya sang raja memerintahkan kepada pengawalnya untuk menyiksa Nabi Jirjis As. Utusan Allah itu disiram dengan air yang mendidih yang dicampuri dedaunan, sehingga kulit tubuhnya rontok. Kemudian, dagingnya diiris-iris dengan pisau yang sangat tajam, hingga nampak tulang belulangnya. Nabi Jirjis As pun gugur. Namun atas perkenaan-Nya setelah itu Allah SWT menghidupkannya kembali dengan bentuk semakin rupawan dari bentuk yang sebelumnya.
 
Melihat kejadian yang aneh ini, sang raja menyuruh pengawalnya membawa enam buah pasak besi. Diikatnya kedua kaki Nabi Jirjis dan direntangkan, lalu keenam pasak ditancapkan pada tubuhnya. Nabi Jirjis pun kembali gugur dengan sangat mengenaskan. Tetapi Allah SWT mengutus Jibril untuk mencabuti pasak dari tubuh sang Nabi. Atas kehendak Allah, Nabi Jirjis As pun hidup kembali.
 
"Wahai Raja yang zalim, katakanlah, tiada Tuhan selain Allah!" teriak Nabi Jirjis As kepada Raja Darriyan. Raja Darriyan semakin marah. Ia memerintahkan kepada para pembantunya agar Jirjis As dilemparkan ke dalam sebuah belanga besar yang airnya sangat bergejolak. Tubuh Nabi jirjis As pun direbus dalam belanga itu. Namun atas izin Allah, lagi-lagi Jirjis As dapat hidup kembali.
 
Demikianlah, sang raja dzalim itu menyiksa Jirjis As dengan siksaan yang beragam dan berulang-ulang sampai tujuh puluh kali, bahkan menurut sebagian kitab hingga seratus kali. Tetapi setiap disiksa dan mati, setiap kali pula Jirjis As selamat dan tetap hidup berkat kodrat Allah SWT. Setelah kewalahan dan kehabisan cara, raja dzalim itu berkata merayu, "Jirjis, jika kau mentaatiku, aku akan mentaatimu. Sembahlah berhalaku sekali saja, nanti aku akan menyembah Tuhanmu. Bagaimana?"
 
Lama Jirjis As tak menyahut, sampai-sampai ada seorang lelaki yang menyangka sang Nabi akan menerima tawarannya itu.
 
"Aku telah berkali-kali menyiksamu dengan beragam siksaan. Kini marilah ke rumah untuk melepaskan keletihanmu malam ini," sambung Raja Darriyan. Nabi Jirjis As mengikuti langkah sang raja menuju rumah. Namun bukan untuk memenuhi perintah atau menyembah berhala, melainkan dalam rangka untuk mencari jalan untuk meng-Islamkannya.
 
Di rumah Raja Darriyan, semalam suntuk Nabi Jirjis As menunaikan shalat dan membaca kitab Zabur. Bacaannya malam itu meresap ke kalbu Sang Permaisuri. Isteri Raja Darriyan itu menangis, kemudian secara diam-diam menyatakan masuk Islam. Pada pagi harinya, sang raja sekali lagi menyuruh Nabi Jirjis As sujud kepada berhala miliknya. Tapi Jirjis As menolaknya dengan keras. Akhirnya ia dibawa ke sebuah gubuk milik seorang nenek pikun yang tinggal bersama putranya yang buta, tuli, dan bisu. Di situ Jirjis As dipenjara tanpa diberi makan dan minum.
 
Suatu hari, ketika merasa lapar, Nabi Jirjis As berdoa kepada Allah SWT. Dengan kehendak Allah, tiba-tiba sebatang kayu tiang rumah itu tumbuh, menghijau dan berbuah. Menyaksikan hal yang sangat menakjubkan itu, si nenek memohon kepada Nabi Jirjis As agar mendoakan putranya supaya sembuh dari sakit yang selama ini dideritanya. Nabi Jirjis pun mengabulkan permohonan tersebut.
 
"Nak, pergilah ke tempat berhala-berhala raja. Sampaikan kepada mereka bahwa Jirjis mengundang mereka," kata Nabi Jirjis kepada anak si nenek yang sudah sembuh dari penyakitnya dan masuk Islam itu. Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Nabi Jirjis As kepada tujuh puluh buah patung. Dengan kodrat Allah, serentak patung-patung itu mencabut diri dari tempatnya dan berjalan menuju tempat Nabi Jirjis As tinggal.
 
Sesampainya di halaman rumah si nenek, Nabi Jirjis As memberi isyarat kepada bumi dengan menjejakkan kakinya. Bumi terbelah menelan semua berhala milik Raja Darriyan. Sang Permaisuri raja yang menyaksikan kejadian luar biasa itu, tampil di atas panggung istana dan berkata, "Wahai penduduk negeriku, sayangilah jiwamu. Segeralah kalian masuk Islam. Percayalah, Jirjis adalah seorang Nabi yang diutus Tuhan untuk kita."
 
"Sungguh, sejak tujuh puluh tahun aku menyaksikan banyak sekali mukjizat atau keajaiban, tapi aku tak pernah masuk Islam. Namun mengapa engkau masuk Islam hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai isteriku?" kata sang Raja seraya menatap marah isterinya.
 
"Yang demikian itu semata-mata karena kedurjanaan dan kedzalimanmu belaka. Itulah kemalanganmu. Sedangkan bagiku, ini adalah merupakan keberuntunganku," jawab Sang Permaisuri. Akhirnya sang permaisuri dibunuh sang raja dengan cara yang sangat tidak berperikemanusiaan. Menyaksikan tragedi itu, Nabi Jirjis As lalu berdoa kepada Allah, "Ya Illahi, tujuh puluh tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid."

Seusai berdoa, ia melihat nyala api turun dari langit kepada pengikut raja. Bersamaan dengan itu, serempak mereka, orang-orang kafir itu, mengangkat pedang membunuh Nabi Jirjis As. Tetapi orang-orang kafir itu pun, termasuk Raja Darriyan, tak lama kemudian mati semua ditelan oleh api.      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Nilai PAT PKK Kelas XI TBSM

DAFTAR NILAI PKK PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT)      SMK MUHAMMADIYAH 3 SUKOLILO TAHUN PELAJARAN 2019/2020   KELAS            : XI...