Hari ini sungguh istimewa, karena kita akan meluncurkan buku istimewa, berjudul Indonesia Unggul, karya Bapak Presiden SBY, yang kita sengaja, bertepatan dengan grand opening toko buku di tempat ini. Keunggulan dan buku, saya kira ini dua hal yang amat terkait. Yang pertama-keunggulan-adalah cita-cita, harapan, keinginan; sedangkan yang kedua-buku-adalah salah satu sarana pencapaiannya.
Bicara mengenai "Keunggulan" sebagai cita-cita, harapan, keinginan, saya teringat ucapan salah satu tokoh manajemen, marketer, dan motivational speaker besar abad ini. Namanya Zig Ziglar. Dia katakan: "In this life, you don't get what yau want. You get what you are!".
Kinerja kita, prestasi kita, pencapaian kita, tidak tergantung pada cita-cita, harapan atau keinginan kita. Indonesia Unggul tidak akan tercapai hanya dengan menginginkannya. Bukan keinginan kita yang menentukan, melainkan konstitusi diri kita apa adanya. Justru itulah sosok SBY. Kontribusi diri adalah jati diri, adalah kepribadian, adalah pandangan dan sikap dinamis yang telah menjadi jati diri.
Dan YOU yang dimaksudkan oleh Zig Ziglar adalah kita semua-sebagai individu, sebagai warga negara, sebagai representasi institusi seperti perusahaan, bahkan juga pemerintahan dan negara.
Tokoh lain dalam bidang yang sama, Brian Tracy, dalam bukunya yang amat inspiratif, Maximum Achievement, memformulasikan hal itu dengan tepat ketika mengatakan: "You can never permanently achieve anything on the outside that you are not fully prepared on the inside".
Dengan demikian, sebuah cita-cita yang kita canangkan hanya akan tercapai bila terjadi perubahan di dalam diri kita sendiri, yang membuat konstitusi diri kita sepadan dengan yang di prasyaratkan oleh cita-cita itu. Indonesia Unggul baru akan tercapai kalau secara internal kita juga mengupayakan perbaikan diri, terus menerus.
Karena itu, Zig Ziglar juga mengatakan: "Tomorrow belongs to those who are investing in themselves today". Masa depan adalah milik orang-orang dan lembaga, termasuk perusahaan dan negara, yang berinvestasi untuk mengembangkan diri, mulai hari ini.
Kami menyadari kebenaran ucapan Barbara Tuchman, perempuan sejarawan Amerika abad lalu (1912-1989), penulis buku terkenal Guns of August, A History of The Prelude and First Month of World War 1. Dia mengatakan: " Buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku sejarah diam, sastra bungkam, sains lumpuh, pemikiran macet. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, mercusuar yang dipancangkan di samudera waktu".
Kami merasa dibesarkan hati kami ketika orang mengutip kata-kata Thomas Bartholin (1616-1680)-dokter, ahli matematika, dan teolog dari Denmark- yang mengatakan: "Tanpa buku Tuhan diam, keadilan terbenam, sains macet, sastra bisu, dan seluruhnya dirundung kegelapan".
Kini kita semakin mengerti kenapa para Founding Fathers kita-Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Moh. Natsir, Moh.Rum-semua mereka penggemar buku-kutu buku.
Ada dua harapan ingin saya sampaikan. Pertama, semoga Indonesia Unggul yang menjadi kepedulian Bapak Presiden bisa menjadi semacam jangkar, yang memfokuskan perjuangan seluruh anak negeri ini. Semoga buku yang diluncurkan hari ini membantu kita semua ke arah upaya itu.
Franz Kafka (1883-1924), cerpenis dan novelis Austria, pernah berucap: "Buku adalah kampak untuk menghancurkan lautan beku di dalam diri kita". Begitulah saya berharap dengan buku Indonesia Unggul.
Harapan kedua saya, semoga Toko Buku Gramedia di Grand Indonesia ini bisa memenuhi misinya dalam mengusung kebudayaan, memfasilitasi pengembangan diri, dan membawa pencerahan lewat buku.
Kecuali meluncurkan buku Indonesia unggul, Presiden juga berkenan meresmikan pembukaan Toko Buku Gramedia (yang ke-86) di kompleks bangunan megah Grand Indonesia yang bersanding dengan Hotel Indonesia yang bersejarah itu. Kami berterima kasih kepada bapak Rudi Hartono dan bapak Bambang Hartono yang memfasilitasi sehingga Gramedia bisa membuka toko bukunya di kompleks mal Grand Indonesia ini.
Teringat kita akan Charles William Eliot (1834-1926), Rektor Universitas Harvard yang paling lama menjabat, yang pernah mengatakan: "Orang dapat memperoleh pendidikan tinggi dari rak buku sepanjang lima kaki".
Rak buku Gramedia, apalagi bersama rak-rak semua toko buku di negeri kita, bukan saja lima kaki, tapi ratusan kilometer, semoga menghasilkan banyak sarjana, "Manusia berpendidikan tinggi", dan manusia unggul dambaan kita semua.
*Sambutan pada acara peresmian Toko Buku Gramedia di Mal Grand Indonesia Jakarta dan peluncuran buku Indonesia Unggul, 19 Desember 2008.
Sumber: Buku Bersyukur dan Menggugat Diri. Jakob Oetama. 2009. Halaman 179-182.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar