Pemerintahan Turki Utsmani pernah dipimpin oleh seorang Khalifah bernama Sultan Murad IV dari tahun 1612 M sampai 1640 M. Salah satu kegemaran sultan ke-17 dari dinasti Islam ini adalah menyamar sebagai orang biasa untuk mengetahui kondisi masyarakatnya. Suatu malam, sang sultan hatinya merasa gundah dan berkeinginan untuk keluar istana untuk melihat kondisi masyarakat. Sang sultan memanggil kepala penjaga istana untuk menemaninya.
Kemudian mereka berdua berjalan hingga sampai di sebuah penghujung desa. Langkah keduanya terhenti oleh sosok tubuh manusia yang tergeletak ditepi jalan. Setelah di cek, ternyata tubuh tersebut tidak bernyawa. Namun anehnya, orang-orang yang melintas dan berlalu lalang di sekitarnya tidak memperdulikannya. Sang sultan penasaran dan memanggil mereka untuk mengetahui apa gerangan yang terjadi dengan si mayat ini, sehingga tidak ada satu pun penduduk yang memperdulikannya.
Ternyata setiap orang yang ditanya jawabannya sama, yaitu mereka tidak mau mengurus mayat tersebut karena ia adalah orang zindiq, suka minum khamar dan berzina. Kemudian Sultan Murad IV memerintahkan agar mayat tersebut dibawa ke keluarganya. Tetapi setelah sampai di rumah si mayat tidak ada satu pun yang tinggal kecuali sultan dan pengawalnya saja.
Tiba-tiba seorang perempuan menghampiri dan menangis. Setelah ditanya ternyata si perempuan itu adalah istri si mayit. Perempuan tersebut menangis melihat suaminya dan bersaksi bahwa suaminya itu seorang wali Allah. Tentu saja sultan merasa heran, bagaimana mungkin orang yang oleh masyarakat dikatakan zindiq tapi menurut istrinya disebut sebagai wali Allah.
Si perempuan itu kemudian menjelaskan siapa suaminya yang sebenarnya. Memang benar suaminya setiap malam membeli khamar, namun minuman tersebut ia buang di toiletnya untuk meringankan keburukan khamar dari kaum Muslimin. Ia juga setiap malam mendatangi pelacur dan memberi uang, tetapi dengan tujuan malam itu mereka tidak melayani para pemuda Muslim.
Si istri juga bercerita bahwa dirinya sangat khawatir dengan sikap suaminya tersebut karena ia takut jika meninggal tidak ada satupun kaum Muslimin yang menshalatinya. Namun sang suami menjawab bahwa nanti yang akan menshalati dirinya adalah pemimpin kaum Muslimin beserta para ulama dan pembesar-pembesar negeri lainnya.
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Sultan Murad IV pun menangis. Ia lalu berkata, "Suamimu benar, akulah Sultan Murad. Besok saya bersama para ulama dan pembesar istana serta masyarakat akan memandikan, menshalatkan dan menguburkan suamimu".
Sumber: Suara Hidayatullah. April 2016. Halaman 82.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar