Suatu hari Umar bin Khattab sedang
duduk bermajelis bersama para sahabatnya. “Bermimpilah kalian....” kata Umar
kepada para sahabat-sahabatnya. Ada yang berkata, “Saya berharap rumah ini
dipenuhi uang Dirham lalu saya infakkan di jalan Allah”. Yang lain berkata,”Saya
berharap rumah ini dipenuhi oleh emas, lalu saya infakkan di jalan Allah”. Umar
bin Khattab masih bertanya kepada para sahabat-sahabatnya,
“Berangan-anganlah....”. ada lagi yang berkata, “Saya berharap rumah ini
dipenuhi oleh mutiara, zabarjad, dan perhiasan, kemudian aku sedekahkan”.
Kemudian
mereka berkata, “Kami tidak tahu bagaimana kami harus bermimpi wahai Amirul
Mukminin?”. Umar kemudian menyampaikan mimpinya, “Adapun saya bermimpi rumah
ini dipenuhi oleh para lelaki (rijal) sekaliber Abu Ubaidah bin Jarrah, Muadz bin
Jabal, Salim Maula Abu Hudzaifah, dan Hudzaifah Al-Yaman.”
(Imam Ahmad bin Hanbal, Fadha’il Shahabah, Juz II,
Hal. 740).
Pelajaran
yang dapat dipetik:
- Seringkali hal yang besar terjadi karena di awali oleh impian
- Para sahabat mempunyai keutamaan-keutamaaan tertentu
- Kebiasaan berinfak dan bersedekah selalu dicontohkan oleh generasi awal islam
- Para sahabat tidak pelit dalam hal bersedekah dan berinfak, bahkan jika mereka mempunyai uang Dinar dan Emas satu rumah pun akan di sedekahkan di jalan Allah
- Pemimpin harus mempunyai visi jauh kedepan
- Dalam mengangkat pemimpin, selayaknya orang yang bertakwa dan berilmu yang di utamakan
- Bermusyawarah dan tukar pandangan sudah dicontohkan oleh generasi awal islam
- Seorang pemimpin (Khalifah) sebaiknya tidak menjaga jarak dengan yang dipimpinnya (rakyatnya)
- Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda
- Keutamaan seorang yang shalih dan berilmu, tidak bisa diganti dengan Dinar maupun emas, seberapapun banyaknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar