Kesempatan bertemu Ramadhan merupakan karunia Allah yang sangat berharga. Ia adalah bulan bertabur fadhilah (keutamaan) dan kemuliaan. Ia juga merupakan mahathah (terminal) chek point dan menambah iman, takwa, dan bekal amal untuk akhirat. Oleh karena itu kedatanganya perlu disambut dengan persiapan yang serius. Untuk mempersiapkan diri agar lebih siap melakukan berbagai amalan di Bulan Ramadhan ini, maka ada beberapa persiapan yang perlu kita lakukan, antara lain:
Do’a merupakan ibadah
yang dengannya para hamba mengkomunikasikan hajat dan harapan mereka kepada
Allah ‘Azza wa Jalla. Dalam kaitannya dengan menyongsong dan menyambut bulan
Ramadhan, do’a yang dimaksud adalah memohon kepada Allah dikaruniai umur panjang
hingga berjumpa dengan bulan Ramadhan. Para salaf dahulu memohon dipertemukan
dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya. “Allahumma barik lana fi
Rajaba wa sya’bana, wa ballighna Ramadhan; Ya Allah, berkahilah kami di bulan
Rajab dan sya’ban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”, adalah salah
satu do’a yang masyhur dari para salafus Shaleh rahimahumullah.
Kita tidak menjamin
apakah kita akan sampai ke bulan Ramadhan atau tidak. Kalaupun kita masih
sampai ke bulan Ramadhan, tidak ada jaminan bahwa kita dapat meraih keutamaan
Ramadhan. Oleh karena itu di sisa hari menjelang Ramadhan ini harapan untuk
diperjumpakan dengan Ramadhan harus selalu menyertai do’a-do’a kita. Termasuk
yang harus kita mohon adalah kekuatan, kemudahan, dan taufiq dari-Nya untuk
mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah, amal shaleh, dan ketaatan kepada
Allah. Sebab tidak sedikit orang yang menanti dan merindukan Ramadhan. Tapi
ketika Ramadhan datang, ia tidak memperoleh manfaat sama sekali dari Ramadhan.
Ia tidak dapat memanfaatkan Ramadhan dengan beribadah secara maksimal.
Diantara alamat
(tanda-tanda) keimanan adalah bersukacita dan bergembira dengan datangnya musim
ketaatan. Sebab Ramadhan bagai tamu agung yang akan datang dengan berbagai
kebaikan dan keutamaan. Ia datang membawa rahmat, maghfirah (ampunan),
pembebasan dari neraka, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, dan
beragam keutamaan lainnya. Karena itu para pecinta dan perindu kebaikan pasti
senang dan bersukacita dengan kedatangannya.
Oleh karena itu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu men-tabsyir (menyampaikan kabar
gembira) kepada para sahabat bila Ramadhan datang. Beliau menggembirakan mereka
agar termotivasi memanfaatkan momen Ramadhan dan berusaha meraup keuatamaannya.
Biasanya kabar gembira (busyro) yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berupa penjelasan keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan.
Sebagaimana dalam sebuah Hadits Hasan yang dikeluarkan oleh Imam Nasai dalam
Sunannya, Rasulullah menyampaikan kabar gembira kepada sahabat dengan masuknya
bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Ramadhan telah mendatangi kalian. Bulan yang
penuh berkah. Allah memfardhukan kepada kalian berpuasa pada bulan ini. Pada
bulan ini (pula) pintu langit dibuka, pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup, dan
para setan dibelenggu. Pada bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari
seribu bulan. Sesiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka terhalangi dari
kebaikan”. (Terj. HR. Nasai).
Sebagai hamba yang
sadar dengan berbagai kelemahan, kekurangan, dan kelalian dalam ibadah selama
ini, kita patut bersuka cita dengan kedatangan Ramadhan. Karena ia merupakan
momen meningkatkwa kwalitas diri dan iman. Kesempatan meraup pahala dan ampunan
sebanyak-banyaknya. Semoga dengan perasaan gembira dan sukacita atas kedatangan
Ramadhan, akan lahir semangat, tekad dan azam serta kesungguhan mengisi
Ramadhan dengan berbagai ibadah. Semoga muncul motivasi meraih kemuliaan
Ramadhan sebagai dijelaskan Nabi dalam berbagai haditsnya, seperti pada hadits
di atas.
Azam
(Tekad Kuat) dan Niat Tulus
Sebagai dikatakan di
atas, perasaan senang akan kedatangan Ramadhan dapat melahirkan tekad yang kuat
(azam) serta niyat yang tulus dan jujur untuk memanfaatkan Ramadhan.
Selanjutnya tekad yang kuat (azam) dan niat yang tulus tersebut akan membuat
seseorang produktif dalam mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amal
shaleh.
Selain itu, azam dan
niat yang jujur untuk memanfaatkan Ramadhan dengan ibadah dapat menjadi sebab
datangnya taufik dan kemudahan dari Allah. Artinya ketika Allah mengetahui
bahwa di dalam hati hamba-Nya terhunjam tekad yang kuat dan niat
sungguh-sungguh untuk meraih keutamaan Ramadhan, maka Allah akan memberikan
kemudahan kep ada hamba tersebut. Allah akan memberikan kemudahan dalam
melakukan ketaatan dan berbagai ibadah pada bulan Ramadhan. Berkenaan dengan
soal niat dan azam yang sungguh-sungguh ini, Allah Ta’ala berfirman, ‘’Walau
shadaqullaha lakana khairan lahum”.
Barangkali kisah
berikut dapat dijadikan landasan bahwa kesungguhan dan kejujuran niat seseorang
sangat berperan sebagai sebab datangnya taufiq dari Allah. Diriwayakan bahwa
seorang Arab Badui datang menemui Nabi dengan maksud berbaiat kepadanya. Saat
itu sedang dalam persiapan menuju ke medan jihad. Di hadapan Rasulullah, orang
Arab Badui ini menyampaikan bahwa, “Wahai Rasulullah, akau berbaiat kepadamu
untuk ikut berperang bersamamu. Meskipun saya ditusuk anak panah dari sini
(sambil menunjuk leher depannya) sampai di sini (sembari menunjuk leher belekangnya)”.
Perang dimulai dan orang Badui tersebut turut berperang bersama kaum Muslimin
dibawa komando Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika perang telah
usai, ternyata orang Badui tersebut ditemukan telah meninggal. Lalu diangkat
dan bibawa ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Nabi
menyingkap pakaian yang menutupi tubuhnya, dilehernya tertancap satu anak
panah. Posisi anak panah tersebut menembus lehernya dari depan ke belakang.
Persis sama seperti ketika ia berjanji di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Selanjutnya Nabi mengafani jenazah orang Arab Badui ini dengan
pakaiaannya. Bahkan Nabi mendolakan beliau dengan tambahan do’a khusus yang
artinya; “Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Ia keluar berjihad di jalan-Mu (sabilillah),
lalu ia mati syahid di jalan-Mu. Saksikanlah ya Allah, aku adalah saksi atasnya
pada hari kiamat kelak.
Oleh karena itu-kembali
ke soal menyambut Ramadhan-, kesungguhan dan keseriusan dalam niat sangat
berpengaruh. Karena itu mari tanamkan dalam hati niat yang serius, bahwa kita
akan memanfaatkan bulan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah. Moga-moga dengan
niat dan tekad yang sungguh-sungguh tersebut, Allah berkenaan memberikan taufiq
dan kemudahan dalam mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai ibadah.
Taubat dari dosa dan
maksiat perlu dilakukan dalam meyambut dan menyongsong Ramadhan karena pada
bulan Ramadhan nanti, kita akan melakukan berbagai ibadah dan ketaatan kepada
Allah. Sementara, dosa dan maksiat dapat menghalangi seseorang dari ketaatan.
Sebab, dosa dan maksiat dapat mengotori dan menutupi hati. Pemilik hati yang
tertutupi oleh karat dosa dan maksiat biasanya berat melakukan ibadah dan amal
shaleh.
Dahulu, para salaf
sangat peka dalam soal ini. Diantara mereka ada yang mengatakan, “Saya
terhalangi melakukan shalat malam karena satu dosa yang kulakukan”. Imam Hasan
al-Bashri rahimahullah pernah ditanya oleh seorang pemuda yang merasa berat
bangun malam, padahal ia sudah berusaha. “La ta’shiyhi fin Nahari, yuqidzuka
fil Lail; Jangan kau durhakai (Allah) pada siang hari, Dia akan membangunkanmu
pada malam hari”, saran Hasan al-Bashri. Berkenaan dengan kecintaan terhadap
al-Qur’an, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Lau thahurat
qulubuna maa syabi’at min kalami Rabbina; Andai hati kita bersih, maka ia
takkan pernah kenyang meni’mati perkataan Rabb kita (Al-Qur’an)”.
Oleh karena itu mari
berusaha bersihkan hati dari noda dosa dan maksiat dengan memperbanyak taubat
dan istighfar. Mari teladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
bertaubat dan beristighfar lebih 70 kali dalam sehari. Taubat yang
sebenar-benarnya taubat (nasuha), yakni dengan meninggalkan dan menyesali dosa
pada masa lalu serta ber azam untuk tidak lagi mengulangi dosa tersebut. Karena
itu mari perbaharui selalu taubat dan istighfar kita. Semoga Allah karuniakan
taufiq dan kemudahan melakukan ibadah di bulan Ramadhan.
Persiapan
dan Perencanaan Target
Persolan yang tidak
kalah pentingnya untuk diperhatikan dalam menyambut dan menyongsong Ramadhan
adalah persiapan dan perencanaan target. Ini sifatnya teknis tapi penting.
Karena gagal menyiapkan dan merencanakan sama dengan menyiapkan dan
merencanakan untuk gagal. Agenda ibadah dan amal shaleh pada bulan Ramadhan
semisal puasa, shalat tarwih, tilawah al-Qur’an, sedekah, dan ibadah-ibadah
lainnya perlu disiapkan dan direncanakan dengan matang. Persiapan dan
perencanaan yang baik insya Allah akan sangat membantu memaksimalkan ibadah dan
amal shaleh pada bulan Ramadhan yang mulia.
Diantara ibadah yang
perlu disiapkan dan direncanakan misalnya target bacaan al-Qur’an. Ini penting,
guna memaksimalkan kwalitas dan kwantitas bacaan al-Qur’an kita di bulan yang
mulia. Mengingat tilawah al-Qur’an merupakan salah satu amalan utama yang
menyertai ibadah shiyam. Ramadhan disebut pula sebagai syahrul Qur’an. Karena
Ramadhan merupakan bulan diturunkannya al-Qur’an.
Oleh karena itu para
salaf dahulu menjadikan Ramadhan sebagai bulan memperbanyak bacaan al-Qur’an.
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengkhatamkan al-Qur’an setiap tiga malam
sekali dalam shalat Tarwih. Artinya beliau membaca sekira 10 juz dalam setiap
shalat Tarwihnya. Ada yang mengkhatamkan setiap sepuluh malam atau 3 juz
sehari. Imam Syafi’i rahimahullah mengkatamkan 60 kali diluar shalat pada bulan
Ramadhan. Artinya beliau khatam dua kali dalam sehari di luar shalat. Sementara
Imam al-Aswad mengkhatamkan setiap dua hari sekali. Dan masih banyak kisah-kisah
menakjubkan dari para salaf dalam soal antusias mereka yang tinggi dalam
mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
Nah, jika kita ingin
memaksimalkan bacaan al-Qur’an pada bulan Ramadhan nanti, hendaknya ada
persiapan dan perencanaan target. Misalnya, bila kita menargetkan 10 kali
khatam selama Ramadhan, berarti khatam setiap 3 hari atau 10 juz dalam sehari.
Bila ingin mengkhatamkan 5 kali selama Ramadhan, berarti setiap enam hari
sekali khatam, atau lima juz dalam sehari. Setiap ba’da shalat fardhu membaca 1
juz. Demikian seterusnya. Yang pasti hendakhnya ada target dan perencanaan yang
baik. dan masing-masing orang hendaknya menetapkan target sesuai kemampuannya,
dan mengatur jadwal sedetail dan serapi mungkin.
Amalan lain yang perlu
disiapkan dan direncanakan adalah target sedekah. Sebab sedekah merupakan salah
satu amalan utama pada bulan Ramadhan selain puasa, tilawah al-Qur’an, dan
amalan-amalan lainnya. Bahkan sedekah pada bulan Ramadhan merupakan
seutama-utama sedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Seafdhal-afdhal sedekah adalah pada bulan Ramadhan” (Terj. HR.
Tirmidzi).
Oleh karena itu dalam
hadits kita temukan bahwa kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
meningkat pada bulan Ramadhan. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia paling dermawan.
Dan beliau makin dermawan pada bulan Ramadhan saat didatangi Jibril untuk
mudarasah al-Qur’an” (terj. HR. Bukhari).
Ada beberapa bentuk
sedekah pada bulan Ramadhan, diantaranya memberi makan dan memberi suguhan buka
puasa (tafthir ash-Shaim). Memberi makan dan suguhan buka puasa memiliki
keutamaan yang sangat besar, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya hadits yang dikeluarkan
oleh Imam Tirmidzi dalam Sunannya, “Siapa saja yang memberi makan saudaranya
sesama mu’min yang lapar, niscaya Allah akan memberinya buah-buahan surga. . .
. (terj. HR. Tirmidzi)
Sedangkan keutamaan
memberi suguhan buka puasa diterangkan dalam beberapa hadits shahih,
diantaranya yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari Salman al-Farisi radhiyallahu
‘anhu, “Barangsiapa menyediakan suguhan (makanan/minuman) berbuka bagi orang
yang berpuasa, niscaya hal itu akan menjadi penghapus dosa-dosanya dan menjadi
pembebas dirinya dari neraka. Ia juga akan memperoleh pahala seperti pahala
orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun”.
Oleh sebab itu seorang
Muslim hendaknya merencanakan dan memprogramkan sedekah pada bulan Ramadhan
yang mulia ini. Perlu ada persiapan dan perencanaan target, agar dapat
bersedekah secara rutin –meski sedikit- pada bulan Ramadhan. Karena amalan yang
paling dicintai Allah adalah yang paling dawam (kontiniu) meski sedikit. Agar
mendapat do’a Malaikat setiap hari. Misalnya target sedekah Rp 1000/hari,
sekardus air mineral/pekan, sekilo (kg) kurma/tiga hari, dan seterusnya.
Membersihkan
Hati Dari Berbagai Sifat Dendam dan Hasad Kepada Sesama Muslim
Dendam dan dengki
(hasad) merupakan sifat tercela. Sementara terbebas dari sifat tercela tersebut
merupakan ciri orang beriman dan bertakwa. Terbebas dari sifat pendendam
merupakan tanda penghuni surga, sebagai dijelaskan oleh Allah dalam surah
al-A’raf ayat 43 dan al-Hijr ayat 47:
“dan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban
kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah
penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabut segala macam
dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai
….”. (QS Al-A’raf:43)
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat)
mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke
dalamnya dengan sejahtera lagi aman” Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang
berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk
berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”. (QS Al-Hijr: 45-47)
Demikian pula dengan
sifat hasad (iri hati dan dengki). Ia merupakan sifat buruk yang sangat
berbahaya. Ia dapat menghapuskan amalan kebaikan bagai api yang melahap kayu
bakar.
Seorang Muslim
hendaknya membersihkan dirinya dari sifat buruk ini sebelum memasuki bulan
Ramadhan. Agar ia memasuki bulan mulia tersebut dengan hati yang bersih dan
dada yang lapang. Agar dapat melaksanakan amaliah Ramadhan dengan hati tenang.
Jangan sampai berbagai kebaikan yang dilakukan berupa shiyam, qiyam, sedekah,
tilawah, dan ibadah lainnya menjadi sia-sia karena sifat dengki (hasad). Sebab
hasad dapat melahap kebaikan seperti api yang menghanguskan kayu bakar.
Demikian hal-hal yang
perlu diperhatikan dan dipersiapkan oleh seorang Muslim dalam menyambut Ramadhan. Semoga dengan
melakukan hal tersebut Allah mengaruniakan taufiq dan kemudahan dalam
mengisi Ramadhan. Sehingga kita dapat meraup keutamaan Ramadhan yang dijanjikan
Allah dan Rasul-Nya. Moga-moga kita keluar sebagai alumni Ramadhan yang
memperoleh gelar taqwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar