Selasa, 31 Maret 2020

Tahapan-Tahapan Pembuatan Prototype


Seorang product designer harus melalui tahapan – tahapan dalam merencanakan suatu produk, tahapan tersebut yaitu :
 
A.    Memformulasikan Hasil Marketing Research
Adapun yang menjadi titik tolak dalam tahapan kegiatan Desain Produk adalah riset pemasaran. Untuk mengetahui produk yang diinginkan pelanggan, product designer dapat memperoleh data dari riset pemasaran yang langsung berhubungan dengan pelanggan. Riset ini dilakukan baik untuk produk yang betul – betul baru maupun untuk produk yang sudah ada.
 
Pengembangan suatu riset dalam perusahaan akan menghasilkan sebuah gagasan atau ide untuk membuat suatu produk, dimana ide tersebut diperoleh dari data yang didapatkan saat riset itu sendiri dilakukan. Dalam riset pembuatan produk baru atau pengembangan produk yang sudah ada, perusahaan harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
  • Keinginan pelanggan dalam hal kegunaan, kualitas, modal dan warna dari produknya denga tidak mengabaikan penentuan harga
  • Biaya dari pembuatan produk baru atau pengembangan dari produk yang sudah ada apakah perusahaan mampu untuk membayarnya.
Untuk hal – hal tersebut diatas, maka riset ini perlu ditunjang dengan faktor – faktor yang berupa waktu untuk menjalankan penelitian, mencari informasi atau keterangan berdasarkan pengalaman.
 
B.    Penciptaan Ide
Tahapan awal bagi kita dalam menentukan produk yang ingin diciptakan. Dalam tahapan ini biasanya kita memikirkan ide tentang produk apa yang ingin kita buat. Baik produk tersebut sudah ada di pasaran atau belum.
 
C.    Membuat Sketsa
Dalam membuat sketsa, bentuk dari produk yang akan dibuat akan terlihat jelas satu dengan yang lainnya. Sketsa tersebut dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan gambar kerja ( blue Print ), sketsa dari masing – masing produk walaupun sketsa ini tidak menunjukan ukuran – ukuran yang sebenarnya, tapi dapat terlihat dal skala perbandingan.
 
D.    Membuat Prototype/Sample
Pada tahapan ini kita mulai membuat serta menguji ide yang telah terbentuk hingga menjadi sebuah produk yang berkualitas dan sesuai dengan harapan.
 
E.    Pengembangan Strategi Pemasaran
Tahapan kita dalam membuat dan menyusun strategi pemasaran efektif yang dapat digunakan dalam memperkenalkan produk tersebut kepada konsumen.
 
F.     Analisis Usaha
Dalam tahapan ini adalah kita melihat dan menganalisa apakah produk yang telah dipasarkan dapat memperoleh keuntungan atau tidak
 
G.   Pengembangan Produk
Pada tahapan ini kita mulai mengembangkan produk yang telah di konsep menjadi sebuah produk yang sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
 

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DESAIN PRODUK
Faktor-faktor yang mempengaruhi desain produk adalah sebagai berikut:
 
a.     Fungsi Produk
Setiap produk yang akan dihasilkan mempunyai fungsi atau kegunaan yang berbeda, hal ini tergantung untuk keperluan apa produk itu dibuat. Dengan demikian bahwa desain produk itu berhubungan bentuk dan fungsi dari suatu produk. Keduanya memegang peranan penting dalam menentukan suatu desain produk yang pada dasarnya untuk memberikan kepuasan yang maksimal bagi konsumen atau pelanggan baik segi kualitas maupun segi kuantitas.
 
b.     Standar dan Spesifikasi Desain
Dalam hal spesifikasi dan standar desain suatu produk akan terlihat dari :
  • Sambungan – sambungan | Dalam hal ini perusahaan harus merencanakan bagaimana menyambung bagian-bagian supaya tidak terlihat ada bagian yang kosong.
  • Bagian | Bagian ini berfungsi untuk menyesuaikan ukuran keserasian desain  disambung dengan bagian lainnya, sehingga apabila disatukan menjadi satu kesatuan yang kuat
  • Bentuk | Pada waktu mendesain bentuk perlu diperhatikan mengenai keindahan dengan penyesuaian menurut fungsi dan kegunaannya.
  • Ukuran | Yaitu merencanakan ukuran yang seimbang dari bagian – bagian produk  secara keseluruhan.
  • Mutu | Mutu suatu produk harus disesuaikan menurut fungsi produk tersebut, apabila akan digunakan dalam jangka waktu lama, maka mutu produk tersebut harus tinggi bila dibandingkan dengan produk yang akan digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
  • Bahan | Apabila produk yang akan digunakan ingin mempunyai mutu yang baik, maka bahan yang dipergunakan pun harus dapat menunjang agar semua yang diharapkan dapat terwujud dan pelanggan merasakan kepuasan tersendiri.
  • Warna | Warna mempunyai arti tersendiri bagi konsumen, karena tiap orang mempunyai ciri dan kesukaan yang khas terhadap warna tertentu. Dan hal inilah yang harus dicermati oleh perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.
c.      Tanggung jawab Produk
Ini adalah merupakan salah satu tanggung jawab dari produsen sebagai pembuat produk kepada konsumen akan keselamatan dan kenyamanan pemakai produk tersebut. Oleh karena itu faktor ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan pada waktu mendesain produk tersebut.
 
d.     Harga dan Volume
Harga dihubungkan dengan jumlah produk yang akan dibuat, untuk produk yang akan dibuat  berdasarkan pesanan biasanya harga jualnya akan berbeda dengan produk yang dibuat untuk dipasarkan kepada konsumen luas yang harganya relatif lebih murah sehingga desain produknya akan berbeda pula.
 
e.     Prototype
Prototype merupakan model produk yang pertama yang akan dibuat, prototype ini memperlihatkan bentuk serta fungsi yang sebenarnya, sehingga sebelum perusahaan memproduksi maka prototype diusahakan untuk dibuat terlebih dahulu.
 
Dari pengujian prototype tersebut, apabila lulus uji coba mungkin memberikan gambaran mengenai perubahan-perubahan yang perlu dilakukan serta sebagai informasi dalam penyusunan terakhir desain produk.
 

ALUR DAN PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE PRODUK BARANG/JASA
 
Diagram Alur Proses Produksi (Production Flow Chart Diagram)
 
Diagram alur proses produksi ini harus dibuat secara jelas terlebih dahulu sebelum suatu proses produksi dijalankan. Berdasarkan diagram alur proses produksi tersebutlah pengetesan dan monitoring atas barang dalam proses produksi (work in process) harus dilakukan agar produk akhir bermutu sesuai dengan rencana. Seandainya timbul variasi mutu pun, tingkat toleransinya dari penyimpan masih dalam batas-batas yang dapat diterima. Artinya, melalui tes-tes pada berbagai tahapan proses produksi harus dilakukan agar bila terjadi komponen atau barang yang cacat (defect) dapat segera diketahui untuk segera ditindak lanjuti. Masing-masing jenis industri manufaktur mempunyai diagram alur proses produksi yang berbeda satu sama lain karena produk yang harus dihasilkan berbeda. Bahkan untuk produk yang sejenis pun, diagram alur proses produksinya belum tentu persis sama karena masing-masing mempunyai ciri khas atau spesifikasi sendiri-sendiri.
 
Diagram alur proses produksi yang berbeda produk, misalnya diagram alur proses produksi tekstil sama sekali berbeda dengan diagram alur proses produksi pembuatan obat-obatan (farmasi). Akan tetapi, walaupun sama-sama industri manufaktur farmasi (obat-obatan), diagram alur proses produksinya dapat berbeda, misalnya yang satu berbentuk tablet, sedangkan yang lain berbentuk cair.
 

Tujuan Pembuatan Alur Kerja
         •         Meminimalkan biaya / memaksimalkan laba
         •         Memaksimalkan proses pembuatan
         •         Meminimalkan perubahan dalam nilai produksi
         •         Meminimalkan perubahan dalam tingkat tenaga kerja
         •         Memaksimalkan pemanfaatan pabrik dan perlengkapan
 
 
Manfaat Perencanaan
 
 Terdapat dua alasan mendasar tentang perlunya sebuah perencanaan yaitu :
  • Untuk mencapai “Protective Benfits” yang dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan.
  • Untuk mencapai “Positive Benefits” dalam bentuk meningkatnya kemungkinan sukses pencapaian tujuan atau target dari suatu perusahaan.
Tujuan dari pembuatan sebuah perencanaan sebenarnya cukup simple karena pada dasarnya perencanaan sendiri bertujuan untuk dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan atau target yang telah di tentukan. Adapun kelebihan dan kekurangan yang diakibatkan oleh perencanaan antara lain :
 
Kelebihan Perencanaan
  • Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang dapat terjadi
  • Memungkinkan manajemen memahami keseluruhan gambaran operasi yang diinginkan
  • Membantu penempatan tanggung jawab secara lebih jelas dan tepat
  • Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi
  • Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
  • Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah di pahami
  • Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
  • Menghemat waktu, usaha, dan dana
Kelemahan Perencanaan
  • Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan terkadang berlebihan atau tidak sesuai dengan kenyataannya.
  • Perencanaan cenderung menunda kegiatan
  • Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi
  • Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi

Catatan Peradaban I


Pada tahun 2016 silam, Studi Most Litered Nation in the World dari Central Connecticut State University (CCSU) merilis hasil survey tentang minat baca masyarakat dunia. Dari total 61 negara koresponden, Indonesia dengan penduduk mayoritas Muslim menempati rangking kedua dari bawah, yaitu peringkat ke-60. Setahun sebelumnya (Tahun 2015), Penelitian serupa juga dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) dan Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD), bahwa dari 70 negara yang di survey, sekali lagi Indonesia yang merupakan negeri Muslim terbesar sedunia ini terpuruk di peringkat ke 62.
 
Hasil yang tak jauh berbeda juga ditampilkan oleh survery yang dilakukan pada tahun 2018. Dan survey ini juga dilakukan oleh PISA. Hasil skor PISA (Programme for International Student Assessment) untuk Indonesia tahun 2018 telah diumumkan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Pengukuran PISA ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur kinerja siswa di pendidikan menengah, terutama pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, dan literasi. Dan, posisi Indonesia menempati rangking ke-72 dari 78 negara yang di survey.
 
Miris memang melihat kenyataan tersebut, namun semua tidak perlu disesali berlebihan karena sudah kenyataannya seperti itu, yang bisa dilakukan adalah mengevaluasi diri, sudah seberapakah minat membaca kita. Karena suatu kebudayaan yang ada dan terjadi di masyarakat, adalah hasil budaya dari diri kita masing-masing. Semakin membudaya diri kita untuk menggemari membaca, maka masyarakat secara umum pun akan menggemari membaca pula. Untuk itulah semua berawal diri diri pribadi masing-masing.
 
Setidaknya kita bisa melakukan hal-hal yang memang bisa dikatakan kecil dan sepele, tapi dengan niat yang tulus untuk membudayakan minat membaca masyarakat kita perlu mencobanya. Adapun yang bisa kita lakukan adalah:
  1. Budayakan membaca buku apa saja dalam waktu tertentu, misalnya sehari harus membaca berapa halaman.
  2. Budayakan untuk selalu mengisi waktu luang untuk membaca-baca buku.
  3. Budayakan setiap saat bepergian, untuk membawa buku bacaan
  4. Budayakan kepada anak-anak untuk selalu membaca, meskipun sedikit tapi kontinyu.
  5. Budayakan memberi hadiah buku kepada kenalan, sanak keluarga, istri dan kepada orang yang kita kenal.
  6. Budayakan untuk mengunjungi toko buku secara berkala
  7. Budayakan untuk mempunyai perpustakaan pribadi
 
Itulah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mendorong minat membaca kepada diri sendiri, dimana nanti akan menjadi kebiasaan dan akan menjadi budaya dari masyarakat. Semoga dengan adanya masyarakat yang gemar akan membaca, bangsa kita akan sejajar dengan bangsa yang gemar membaca. Semoga.
 
 
 
 

Tafsir Kiai Dahlan

 
Kiai Haji Ahmad Dahlan setiap subuh memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Pada satu periode pengajarannya, berkali-kali KH. Ahmad Dahlan mengajarkan tafsir surat Al-Ma'un, hingga berhari-hari tidak ditambah-tambah. Dengan kondisi seperti itu, ternyata mengusik hati salah seorang muridnya.
 
"Kiai, mengapa pelajarannya tidak ditambah-tambah?" tanya Soedja.
 
"Apa kamu sudah mengerti betul?" tanya beliau.
 
"Kita sudah hafal semua, Kiai" Jawab Soedja.
 
"Kalau sudah hafal, apa sudah kamu kerjakan?" tanya beliau lagi.
 
"Apanya yang mau diamalkan? Bukaknkah surat Al-Ma'un sudah berulangkali kami baca sebagai rangkaian surat Fatihah, disaat kami shalat?" Jawab Soedja.
 
"Bukan itu yang saya maksudkan, diamalkan artinya, dipraktekkan, dikerjakan. Rupanya kalian belum mengamalkannya. Oleh karena itu, mulai hari ini kalian pergi berkeliling mencari orang-orang yang miskin. Kalau sudah dapat, bawa mereka pulang ke rumah kalian masing-masing. Mandikan mereka dengan sabun yang baik, beri mereka pakaian yang bersih, berilah mereka makan dan minum, serta tempat tidur dirumahmu. Sekarang juga pengajian saya tutup. dan kalian semua silahkan melakukan petunjuk-petunjuk yang saya berikan dan jelaskan tadi", Ujar Kiai Haji Ahmad Dahlan.
 
Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah 19/103/1-15 Oktober 2018. Halaman70.

Tips: Membangun Percaya Diri

Percaya diri tidak akan pernah muncul begitu saja tanpa sebab. Oleh karena itu, butuh tekad yang kuat dan keseimbangan emosi. Selain itu, percaya diri juga harus selalu dilatih dalam segala aktifitas harian yang selalu kita lakukan. Tanpa percaya diri, kita akan merasa rendah diri (minder), yang akan membuat hari-hari kita dalam beraktifitas terhambat dan menumbuhkan sikap yang pesimistis. Dibawah ini diberikan beberapa tips yang akan membuat seseorang akan lebih percaya akan dirinya sendiri. Adapun tips nya adalah sebagai berikut:

1.      Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ketika kamu merasa rendah diri, mendekatlah kepada Allah SWT. Tingkatkan keimanan kita. Mungkin kita tidak punya kecantikan atau ketampanan atau kemewahan yang menjadi standar duniawi. Tapi yakinlah bahwa kamu umat terbaik yang diciptakan oleh Allah SWT dan dicintai oleh Rasulullah SAW. Dengan meyakini ini semua, Insya Allah kita akan lebih percaya diri dalam menghadapi sesuatu. Karena kita diciptakan untuk menjadi Khalifah (pemimpin) yang mempunyai tugas tertentu. Jadi harus bertanggung jawab dan tidak putus asa atau takut dalam melakukan sesuatu yang menjadi tugas kita sebagai makhluk yang sempurna.

2.      Fokus kepada Kelebihan.
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Buatlah analisis tentang kelebihan dan kekurangan kamu. Dalam bahawa wirausaha dikenal dengan Analisis SWOT. Kita bisa menggunakan teori Analisis ini untuk mengidentifikasi akan kelebihan, kekurangan, peluang dan tantangan yang akan kita hadapi. Tingkatkanlah sisi/ karakter yang membuat kamu kuat disitu, dan hilangkanlah atau minimalisir karakter yang membuat kamu lemah (kekurangan). Setelah itu, fokuslah hanya kepada kelebihan yang kamu miliki, dan kembangkanlah kearah yang lebih baik lagi, dari hari ke hari dan dari waktu ke waktu secara kontinyu (Istiqomah).

3.      Selalu berfikir Positif.
Selalu mempunyai fikiran yang positif (Positive Thinking) dalam melihat segala sesuatu, akan mendorong seseorang lebih percaya diri akan tindakan yang akan diperbuatnya. Tanpa sikap positif ini, seseorang akan selalu merasa rendah diri dan pesimis dalam segala hal, yang akan menimbulkan ketakutan dalam setiap tindakannya. Yang pada akhirnya, sikapnya akan menjadi ragu-ragu.

4.      Mengembangkan Keterampilan Positif.
Pengembangan diri dapat mendorong percaya diri kamu. Belajar ilmu agama, membaca Alquran, bergabung dengan kegiatan sosial akan membuat perasaan positif dalam diri kamu. Dengan ini semua, kamu akan bisa menemukan apa yang baik buat kamu dan apa yang kamu sukai, dari sinilah maka semua kegiatan yang kamu lakukan akan dilandasi oleh rasa suka dan percaya akan kemampuan yang kalian miliki.

5.      Menjaga Penampilan.
Kenakan pakaian yang pantas. Tidak harus mewah atau pakaian baru, yang penting bersih, rapi dan enak dipandang atau dilihat. Dengan keadaan pakaian seperti inilah nantinya akan membuat kita nyaman dalam melakukan segala aktifitas harian.

6.      Mencari Kawan yang Menguatkan.
Berkumpullah dengan kawan yang mengakui kelebihan kamu, mengidentifikasi kelemahan kamu, dan terlibat dengan kegiatan positif kamu. Kawan seperti inilah yang akan selalu membuat kita lebih meningkatkan potensi diri yang kita miliki. Teman yang selalu memberi motivasi tatkala kita terpuruk, dan memberi dukungan tatkala kita lemah.

Senin, 30 Maret 2020

Jalan Pinggir

Bung Santri

Sebanyak 165.831 calon mahasiswa baru yang tes lewat SBMPTN 2018 dinyatakan lulus.
  • yang tidak lulus jangan berkecil hati, masih banyak perguruan tinggi yang lain
Parpol mengklaim berkomitmen terhadap pemberantasan korupsi
  • Lain di mulut, lain pula di hati.
Pemerintah RI mendesak Dewan Hak Azasi Manusia PBB untuk segera menyelidiki pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah Israel
  • Paling-paling desakan itu, dianggap tidak terlalu mendesak oleh anggota tetap DK PBB
Kementerian Agama memastikan standar katering haji tahun ini diseragamkan.
  • Oo, ternyata tahun-tahun sebelumnya tidak seragam, ya.
Pemerataan pelayanan dan fasilitas di sekolah harus jadi fokus pemerintah guna mewujudkan kesetaraan pendidikan.
  • Itulah yang menjadi kendala selama ini, mengapa pendidikan kita tidak maju-maju.
Generasi milenial menjadi sasaran perbankan yang memiliki produk jasa keuangan.
  • Generasi milenial, sasaran empuk untuk menawarkan produk tidak hanya jasa keuangan.
Indonesia memiliki banyak sumber energi baru dan terbarukan.
  • Tapi, yang menikmati dan yang mengelola negara lain.
Kenaikan harga pangan belum berdampak pada kesejahteraan petani.
  • Naik atau tidak harga pangan, petani tetap tidak bisa sejahtera.

Sumber: Suara Muhammadiyah 14/103/16-31 Juli 2018.





Penerjemahan Buku



Di tengah malam dalam mimpinya, Khalifah Abbasiyah Al-Ma’mun, putra Khalifah Harus Ar-Rasyid, didatangi seseorang yang berpakaian  rapi dan berjanggut panjang. Orang tersebut tiba-tiba tanpa pengantar memperkenalkan diri berbicara seputar filsafat dengan bahasa asing dan aneh, yang anehnya pula Al-Ma’mun langsung mampu memahami apa yang diutarakannya.

Keduanya pun asyik larut berdiskusi topik-topik yang dalam studi agama kontemporer dikenal dengan Teologi (Tuhan), Kosmologi (Alam), dan Antropologi (Manusia). Ketika terbangun, Al-Ma’mun menerka bahwa orang bijak tersebut adalah Aristoteles. Entah mendapat pesan khusus apa, segera ia mengumpulkan para ilmuwan dan intelektual untuk mendirikan sebuah perpustakaan yang kelak dikenal dengan nama Khizanat Al-Hikmah, yang didalamnya terdapat Bait Al-Hikmah, sebuah pusat study keunggulan untuk dilakukannya penterjemahan besar-besaran buku-buku Yunani, Romawi, Persia, hingga India.

Para ilmuwan dan intelektual tersebut dikirim ke berbagai kota di wilayah-wilayah Bizantium untuk memulai perjalanan mencari dan mengumpulkan karya-karya Aristoteles dalam bahasa Yunani untuk dibawa ke Baghdad.

Dimulailah proses penerjemahan dan pemberian catatan yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti Sahl ibn Harun yang sekaligus sebagai direktur Bait Al-Hikmah, Musa Al-Khawarizmi (Matematika dan Astronomi), Abu Sahl ibn Nawbah (Sastra Persia), Abdullah ibn Al-Muqoffa (Sastra) menterjemah karya filosof India, Baidaba dengan Kalilah wa Dimnah-nya, Abu Yahya ibn Al-Batriq (Filsafat) menerjemah Historia Animalum dan Politica-nya Aristoteles dan Tetrabilos-nya Ptolemy atas permintaan khusus Khalifah, Hasan Ibn Sahl As-Sarakhsi (Kedokteran) menerjemah karya-karya Hippocrates dan Galen.

Masing-masing rumpun ilmu mempunyai tim dan anggotanya sendiri. Baghdad sebagai Ibukota Dinasti Abbasiyah pun menjadi kota metropolis yang dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan yang pada suatu masa didalamnya terdapat kurang lebih 36 perpustakaan dengan jumlah koleksi sekitar 360.000 buku dan manuskrip. Belum lagi ditambah koleksi perpustakaan pribadi seperti sejarawan Al-Waqidi, yang konon koleksinya tidak cukup diangkut dengan 600 ekor unta.

Dampak lain adalah iklim masyarakat yang mencintai ilmu pengetahuan dan pengembangannya, terutama mencintai buku, hingga seorang Al-Mutanabbi (Penyair masyhur) yang mengalami suasana Baghdad saat itu bersyair, “Khairu jalisin fi kulli zaman kitabun” (Buku adalah sahabat terbaik manusia sepanjang waktu).

Sumber: Suara Muhammadiyah 19/102/10-24 Muharam 1439 H/1-15 Oktober 2017.

Ringkasan Materi perkembangan Hindu Budha di Indonesia


  1. Agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia berasal dari India yang diawali dengan hubungan perdagangan internasional.
  2. Sampai saat ini terdapat lima (5) teori mengenai masuknya Agama dan budaya Hindu ke Indonesia, yaitu teori Waisya, Ksatria, Brahmana, Sudra dan teori gabungan.
  3. Kebudayaan Hindu-Budha tumbuh subur di kawasan yang dilalui jalur lalu lintas perdagangan kuno antara India dan China, yaitu Sumatera, Jawa , Bali dan sebagian Kalimantan.
  4. Ajaran agama Budha yang masuk ke Indonesia adalah aliran Mahayana yang kemudian mengalami perkembangan pesat pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Mataram pada masa Dinasti Syailendra.
  5. Kerajaan Hindu tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur, dengan raja pertamanya Kundungga.
  6. Meskipun masih berdasarkan sistem kasta, namun hubungan sosial antara raja dan para brahmana terjalin dengan baik, dimana raja menghormati brahmana begitupun sebaliknya.
  7. Stratifikasi sosial masyarakat zaman Mataram bersifat kompleks dan tumpang tindih, misalnya seorang brahmana dapat menduduki jabatan dalam struktural birokrasi pemerintah tingkat pusat, daerah, atau desa, tetapi dapat pula tidak mempunyai jabatan apapun,
  8. Waduk Wringin Sapta memiliki arti penting bagi perekonomian di Jawa, selain mengatur aliran Sungai Brantas untuk pertanian, waduk itu pun ikut menstimulus ramainya kapal-kapal dagang dari mancanegara ke pelabuhan Hujung Galuh.
  9. Kerajaan Budha tertua di Indonesia adalah Kerajaan Tarumanegara yang terletak di Jawa Barat, dengan rajanya yang terkenal yaitu Purnawarman.
  10. Kerajaan Sriwijaya merupakan negara nasional pertama, dengan wilayah kekuasaannya yang luas.
  11. Kerajaan Majapahit adalah negara nasional kedua, dengan rajanya yang terkenal, yaitu Hayam Wuruk dan Patihnya Gadjah Mada.
  12. Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke-16 menyebabkan kekuasaan Hindu-Budha lenyap di Nusantara, namun pengaruhnya masih terasa, baik melalui akulturasi dengan Islam maupun yang masih murni seperti di Bali.

Minggu, 29 Maret 2020

Ringkasan Materi Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

 
  • Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia yang semula untuk berdagang, berubah menjadi keinginan untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Guna mendukung penguasaan rempah-rempah, Belanda membentuk kongsi dagang yang bernama VOC. VOC pun diberi kekuasaan guna mengatur rumah tangganya sendiri melalui hak Oktroi.
  • Setelah sekian lama menguasai perdagangan rempah-rempah, VOC pun harus mengalami masa-masa kebangkrutan. Politik korupsi, penyelewengan kekuasaan, terlalu mengintervensi kewenangan pribumi, serta gaya hidup mewah pegawainya membuatnya bangkrut dan dibubarkan oleh Pemerintah Belanda. Nusantara pun kemudian diambil alih oleh Pemerintah Hindia-Belanda di awal abad 19, yang lebih merupakan penjajahan Perancis secara tidak langsung.
  • Inggris pun pernah menjajah Nusantara dibawah pimpinan Raffles. Dibawah penjajahan Inggris, Nusantara diarahkan ke arah kolonialisme modern. Nusantara tidak dikeruk habis kekayaannya, tapi justru diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Kebijakan Raffles yang terkenal ialah sistem sewa tanah (Land rent). Akan tetapi, Inggris hanya berkuasa selama lima tahun, setelah itu Nusantara kembali dijajah oleh Belanda.
  • Berbagai kebijakan ditempuh oleh pemerintah kolonial Belanda untuk memperoleh keuntungan yang besar dari tanah jajahan. Eksploitasi Pemerintah Hindia-Belanda berhasil memberi keuntungan yang besar bagi negeri induknya (Belanda). Salah satunya adalah sistem tanam paksa yang dilatar belakangi oleh defisit keuangan pemerintah Belanda akibat peperangan-peperangan.
  • Praktik sistem tanam paksa telah membawa penderitaan bagi bangsa Indonesia. Munculnya kaum etisi yang lebih berpandangan liberal telah menyebabkan dihapuskannya sistem tanam paksa. Indonesia pun kemudian digiring ke arah sistem ekonomi dan politik yang liberal. Pandangan untuk memperbaiki kesejahteraan pribumi pun mulai mencuat dengan tujuan membalas jasa bangsa Indonesia yang potensi alamnya sudah dikeruk. Dikenallah politik etis dengan salah satu tokohnya Van Deventer dengan Triloginya, Irigasi, Emigrasi, dan Edukasi.
  • Kolonialisme juga membawa dampak lain pada terjadinya mobilitas sosial dan mobilitas vertikal diantara Bangsa Indonesia. Program edukasi merupakan poin penting bagi berkembangnya paham kebangsaan.

Sabtu, 28 Maret 2020

Butir-Butir Budaya Jawa


Hanggayuh Kasampurnaning Hurip Berbudi Bawaleksana Ngudi SejatiningBecik
(Hardiyanti Rukmana)

1. Pituduh
  1. Pangeran iku siji, anan ing ngendi papan, langgeng, sing nganakake jagat iki saisine, dadi sesembahane wong saalam kabeh, nganggo carane dhewe-dhewe.
  2. Pangeran iku ana ing ngendi papan, aneng sira uga ana Pangeran, nanging aja sira wani ngaku Pangeran.
  3. Pangeran iku adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan.
  4. Pangeran iku langgeng, tan kena kinaya ngapa, sangkan paraning dumadi.
  5. Pangeran iku bisa maujud, nanging wewujudan iku dudu Pangeran.
  6. Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, akarya alam saisine, kang katon lan kang ora kasat mata.
  7. Pangeran iku ora mbedak-mbedakke kawula-Ne
  8. Pangiran iku Mahawelas lan Mahaasih, hayuning bawana marga saka kanugrahaning Pangeran.
  9. Pangeran iku Mahakuasa, pepesthen saka karsaning Pangeran ora ana sing bisa murungake.
  10. Urip iku saka Pangeran, bali marang Pangiran.
  11. Pangeran iku ora sare.
  12. Beda-beda pandumaning dumadi
  13. Pasrah marang Pangeran iku ora ateges ora gelem nyambut gawe, nanging percaya yen Pangeran iku Maha Kuwasa. Dene kasil orane apa kang kita tuju kuwi saka karsaning Pangeran.
  14. Pangeran nitahake sira iku lantaran biyung-ira, mula kudu ngurmat biyungira.
  15. Sing bisa dadi utusaning Pangeran iku ora mung janma manungsa wae.
  16. Purwa madya wasana
  17. Owah gingsiring kahanan iku saka karsaning Pangeran Kang Murbeng Jagad.
  18. Ora ana kasekten sing madhani papesthen, awit papesthen iku wes ora ana sing bisa murungake.
  19. Bener kang asale saka Pangeran iku lamun ora darbe sipat angkara murka lan seneng gawe sangsaraning liyan.
  20. Ing donya iki ana rong warna sing diarani bener, yakuwi bener mungguhing Pangeran lan bener saka kang lagi kuwasa.
  21. Bener saka kang lagi kuwasa iku uga ana rong werna, yakuwi kang cocog karo benering Pangeran lan kang ora cocog karo benering Pangeran.
  22. Yen cocog karo benering Pangeran iku ateges bathara ngejawantah, nanging yen ora cocog karo benering Pangeran iku ateges titisaning brahala.
  23. Pangeran ikududu dewa utawa manungsa, nanging sakabehing kang ana iki, uga dewa lan manungsa, asale saka Pangeran.
  24. Ala lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka karsaning Pangeran.
  25. Manungsa iku saka dating Pangeran, mula uga darbe sipating Pangeran.
  26. Pangeran iku ora ana sing padha, mula aja nggambar-nggambarake wujuding Pangeran.
  27. Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, mula saka kuwi aja darbe pengira yen manungsa iku bisa dadi wakiling Pangeran.
  28. Pangeran iku kuwasa, dene manungsa iku bisa.
  29. Pangeran iku bisa ngowahi kahanan apa wae tan kena kinaya ngapa.
  30. Pangeran bisa ngrusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan bisa gawe kahanan anyar kang diperlokake.
  31. Watu kayu iku darbe dating Pangeran, nanging dudu Pangeran.
  32. Manungsa iku bisa kadunungan dating Pangeran, nanging aja darbe pangira yen manungsa mau bisa diarani Pangeran.
  33. Titah alus lan titah kasat mata iku kabeh saka Pangeran, mula aja nyembah titah alus nanging aja ngina titah alus.
  34. Samubarang kang katon iki kelebu titah kang kasat mata, dene liyane kalebu titah alus.
  35. Pangeran iku menangake manungsa senajan kaya ngapa.
  36. Pangeran maringi kawruh marang manungsa bab anane titah alus mau.
  37. Titah alus iku ora bisa dadi manungsa lamun manungsa dhewe ora darba panyuwun marang Pangeran supaya titah alus mau ngejawantah.
  38. Sing sapa wani ngowahi kahanan kang lagi ana, iku dudu sadhengah wong, nanging minangka utusaning Pangeran.
  39. Sing sapa gelem nglakoni kebecikan lan uga gelem lelaku, ing tembe bakal tanpa kanugrahaning Pangeran.
  40. Sing sapa durung ngerti lamun piyandel iku kanggo pathokaning urip, iku sejatine durung ngerti lamun ana ing donya iki ana sing ngatur.
  41. Sakabehing ngelmu iku asale saka Pangeran kang Mahakuwasa.
  42. Sing sapa mikani anane Pangeran, kalebu urip kang sampurna.






Abdullah Bin Mubarak dan Tukang Sol Sepatu

 
Ada sebuah kisah yang sering saya dengar dalam ceramah-ceramah -juga saya baca dalam beberapa tulisan, tetapi tak saya ketahui sumber pengambilan cerita itu dan tak saya temukan pula dalam kitab-kitab yang dimungkinkan memuat kisah tersebut …

Kisah tanpa sumber itu bertutur tentang mimpi ‘Abdullah bin al-Mubarak saat tertidur selepas melaksanakan ibadah haji. Dalam mimpinya, ‘Abdullah bin al-Mubarak melihat dua orang malaikat menyebutkan seorang tukang sol sepatu di negeri Damaskus yang bernama ‘Ali bin al-Muwaffaq. Kata malaikat, tukang sol sepatu itulah satu-satunya orang yang ibadah hajinya diterima oleh Allah padahal dia sama sekali tidak ikut melaksanakan ibadah haji …

Kemarin, akhirnya saya dapati juga sumber dari kisah tersebut, yakni kitab Tadzkirah al-Auliya’ karangan Farid ad-Din al’-Aththar an-Naisaburi, seorang sufi dari Persia. Dalam kitab tersebut, Farid ad-Din al-‘Aththar menuturkan kisah tersebut tanpa sanad. Patut diketahui pula bahwa Farid ad-Din al-‘Aththar menuliskan kitab tersebut dalam bahasa Persia, tetapi –seiring waktu- telah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (yakni terdapat beberapa manuskrip berbahasa Arab sebagai terjemahan dari kitab tersebut) …

Kenyataan yang saya temukan itu, yakni sumber aslinya yang berbahasa Persia dan ketiadaan sanad, membuat saya semakin yakin bahwa kisah tersebut memang tidak ada asalnya dari ‘Abdullah bin al-Mubarak. Seindah apa pun atau seberkesan apa pun, tetap saja kisah tersebut tidak bisa dikatakan benar dan sahih …

Berikut saya nukilkan kisah tersebut dari kitab berbahasa Arab dengan judul Tadzkirah al-Auliya’ halaman : 230 – 232 (alihbahasa ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad al-Ashili al-Wasthani asy-Sayafi’I, tahqiq oleh Muhammad Adib al-Jadir, dan tashhih Ahmad Aram) …
 
 
Dinukil bahwasanya ‘Abdullah bin al-Mubarak berkata:
Pada suatu tahun aku melaksanakan ibadah haji dan menyempurnakan manasiknya. Saat kududuk di masjid al-haram selepas melaksanakan rangkaian manasik haji, aku terserang kantuk dan tertidur. Dalam mimpiku, aku melihat dua orang malaikat yang turun dari langit. Salah seorang dari malaikat itu bertanya kepada malaikat lainnya, “Berapa orangkah yang melaksanakan ibadah haji pada tahun ini?” Malaikat yang ditanya menjawab, “Enam ratus ribu orang.” Malaikat pertama bertanya lagi, “Berapa orang dari mereka yang ibadah hajinya diterima?” Malaikat kedua menjawab, “Tak seorang pun dari mereka yang ibadah hajinya diterima.”

 ‘Abdullah bin al-Mubarak berkata lagi:
Mendengar ucapan malaikat tersebut, hatiku berguncang dan benar-benar merasa pedih. Aku berkata (dalam hati), “Orang-orang yang melaksanakan ibadah haji itu itu telah berkumpul dengan berlelah-lelah, dan mereka berdatangan dari seluruh penjuru yang jauh seraya membelah gurun, lantas mereka dianggap sia-sia di sisi Allah?!?” (Kudengar lagi) Malaikat kedua berkata, “Ada seorang lelaki tukang sol sepatu yang tinggal di Damaskus, namanya ‘Ali bin al-Muwaffaq (1). Dia tak ikut melaksanakan ibadah haji. Akan tetapi, Allah menuliskan baginya pahala ibadah haji secara sempurna, lalu dengan sebab keberkahan ‘Ali bin al-Muwaffaq ini, Allah pun berkenan menerima ibadah haji orang-orang yang melaksanakan ibadah haji ini.”

 ‘Abdullah bin al-Mubarak pun terbangun dari tidurnya, lalu berkata lagi:
Aku pun pergi menuju Damaskus lantaran tak ada yang lebih utama untuk kutemui selain orang tersebut. Aku akan mencari tahu darinya tentang amal-amal yang diperbuatnya sehingga aku pun mengetahui amal apa yang membawanya kepada derajat tersebut sampai-sampai dituliskan baginya pahala haji secara sempurna bahkan diterima pula ibadah haji kebanyakan kaum muslimin lantaran keberkahannya. Kemudian sampailah aku di Damaskus dan berhenti tanpa petunjuk di depan pintu sebuah rumah. Aku mengetuk pintu tersebut, lalu keluarlah seseorang dari dalam rumah. Aku pun menanyakan namanya, lalu dia menjawab, “Namaku ‘Ali bin al-Muwaffaq.” Aku bertanya lagi, “Apa pekerjaanmu?” ‘Ali bin al-Muwaffaq menjawab, “Aku seorang tukang sol sepatu. Pekerjaanku memperbaiki sepatu (2).” Aku berkata, “Aku ingin berbicara denganmu.” Kebetulan di situ ada masjid. Kami berdua pun memasuki masjid itu. Aku beritahukan kepadanya tentang mimpiku, dan kukatakan kepadanya, “Aku adalah ‘Abdullah bin al-Mubarak.” Begitu mendengar akan namaku, dia pun berteriak dan pingsan. Setelah dia sadar kembali, kukatakanlah kepadanya, “Beritahukanlah kepadaku tentang keadaanmu (sampai-sampai kau disebut dalam mimpiku).”

Lantas ‘Ali bin al-Muwaffaq pun bercerita:
Sejak dari tiga puluh tahun yang lalu, aku bertekad untuk mengunjungi Ka’bah dan melaksanakan ibadah haji. Aku benar-benar sangat mementingkan hal itu (3). Aku selalu menyisihkan sedikit uang dari hasil pekerjaanku memperbaiki sepatu hingga terkumpullah uang sejumlah tiga ratus lima puluh dirham. Aku bermaksud untuk berangkat haji pada tahun kita ini. Aku melihat dirhamku belumlah cukup. Kukatakan pada diriku, “Aku bersabar untuk tetap mengumpulkan dirham tahun ini, semoga saja bisa kudapatkan sebanyak lima puluh dirham lagi agar genaplah menjadi empat ratus dirham. Dengan demikian aku akan melaksanakan ibadah haji, insya Allah ta’ala.” Saat itu istriku sedang hamil. Suatu hari, istriku mencium bau masakan dari salah satu rumah tetanggaku. Istriku sangat ingin untuk bisa mencicipi makanan itu. Dia pun memintaku untuk mendapatkan makanan itu. Aku lantas mendatangi rumah yang mengeluarkan aroma masakan tersebut. Aku meminta sedikit dari makanan tersebut seraya memberitahu tentang keinginan istriku yang sedang hamil. Pemilik rumah yang kudatangi adalah seorang perempuan. Begitu mendengar permintaanku, dia lantas menangis dan berkata, “Aku mempunyai beberapa orang anak yang masih kecil. Mereka yatim tak lagi punya ayah. Sudah seminggu ini mereka tak makan. Tadi aku memasuki area puing-puing reruntuhan, lalu kutemukan di sana bangkai keledai. Aku pun mengambil sepotong dagingnya. Daging itulah yang ada di dalam periuk itu, dan itu halal bagi kami tetapi haram bagi kalian.” Setelah mendengar kisah perempuan tersebut, hatiku pun terbakar dan merasa iba dan kasihan terhadap mereka. Aku pun kembali ke rumah dan mengambil dirham simpananku yang berjumlah tiga ratus lima puluh dirham. Aku membawanya kepada perempuan itu dan memberikan semua kepadanya untuk nafkah dirinya dan anak-anaknya. Aku mencukupkan bagi diriku dengan berderma seraya mengharapkan wajah Allah atas ibadah haji yang tadinya ingin kulakukan. Kukatakan (pada diriku sendiri), “Dermaku inilah yang akan menunaikan bagiku kewajiban haji dan kedudukannya dengan pertolongan Allah.”
(Mendengar penuturan ‘Ali bin al-Muwaffaq) itu, berkatalah ‘Abdullah bin al-Mubarak, “Kau benar. Malaikat yang berbicara dalam mimpiku pun benar, dan yang Maha Kuasa berlaku adil dalam hukum dan keputusan. Sungguh Allah lebih mengetahui hakikat segala sesuatu.” –SELESAI …
* **
 
Demikianlah kisah yang terdapat dalam kitab Tadzkirah al-Auliya’ tersebut, sama sekali tanpa sanad dan sumber pengambilan kisah dari kitab-kitab yang bisa dijadikan rujukan. Dengan demikian, saya meyakini, bahwa kisah tersebut sama sekali tidak bisa disandarkan kepada ‘Abdullah bin al-Mubarak dan sama sekali tak berasal darinya –rahimahullahwallahu a’lamu
 
 

Gus Ja'far dan Kiyai Tawakkal

(Karya Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri)

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus (lahir di Rembang, Jawa Tengah,10 Agustus 1944) adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Ia adalah salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa  dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini. Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.
Salah satu karya beliau adalah cerpen dengan judul Gus Ja'far dan Kiyai Tawakkal. Adapaun cerpen tersebut adalah sebagai berikut:
 
Gus Ja'far dan Kiyai Tawakkal
Diantara putra-putra Kiai Saleh, pengasuh pesantren “Sabilul Muttaqin” dan sesepuh di daerah kami, Gus Jakfar-lah yang paling menarik perhatian masyarakat. Mungkin Gus Jakfar tidak sealim dan sepandai saudara-saudaranya, tapi dia mempunyai keistimewaan yang membuat namanya tenar hingga ke luar daerah, malah konon beberapa pejabat tinggi dari pusat memerlukan sowan khusus ke rumahnya setelah mengunjungi Kiai Saleh. Kata Kang Solikin yang dekat dengan keluarga ndalem, bahkan Kiai Saleh sendiri segan dengan anaknya yang satu itu.
“Kata kiai, Gus Jakfar itu lebih tua dari beliau sendiri”, cerita Kang Solihin suatu hari kepada kawan-kawannya yang sedang membicarakan putera bungsu Kiai Saleh itu. “Saya sendiri tidak tahu apa maksudnya”
“Tapi, Gus Jakfar memang luar biasa,” kata Mas Bambang, pegawai Pemda yang sering mengikuti pengajian Subuh Kiai Saleh, “Matanya itu lho. Sekilas saja beliau melihat kening orang, kok langsung bias melihat rahasianya yang tersembunyi. Kalian ingat, Sumini anaknya penjual rujak di terminal lama yang dijuluki perawan tua itu. Sebelum dilamar orang sabrang, kan ketemu Gus Jakfar. Waktu itu Gus Jakfar bilang, ‘Sum, kulihat keningmu kok bersinar, sudah ada yang ngelamar ya?!’. Tak lama kemudian orang sabrang itu datang melamarnya.”
“Kang Kandar kan juga begitu,” timpal Mas Guru Slamet, “kalian kan mendengar sendiri ketika Gus Jakfar bilang kepada tukang kebun SD IV itu, ‘Kang, saya lihat hidung sampeyan kok sudah bengkok, sudah capek menghirup nafas ya?!’ Lho, ternyata besoknya Kang Kandar meninggal.”
“Ya. Waktu itu saya pikir Gus Jakfar hanya berkelakar,” sahut Ustadz Kamil, “nggak tahunya beliau sedang membaca tanda pada diri Kang Kandar.”
“Saya malah mengalami sendiri,” kata Lik Salamun, pemborong yang dari tadi sudah kepingin ikut bicara, “waktu itu, tak ada hujan tak ada angin, Gus Jakfar bilang kepada saya, ‘Wah saku sampeyan kok mondol-mondol, dapat proyek besar ya?!’ Padahal saat itu saku saya justru sedang kempes. Dan percaya atau tidak, esok harinya, saya memenangkan tender yang diselenggarakan pemda tingkat propinsi.”
“Apa yang begitu itu yang disebut ilmu kasyaf ?” tanya Pak Carik yang sejak tadi hanya asyik mendengarkan.
“Mungkin saja,” jawab Ustadz Kamil, “makanya saya justru takut ketemu Gus Jakfar. Takut dibaca tanda-tanda buruk saya, lalu pikiran saya terganggu.”
***
MAKA ketika kemudian sikap Gus Jakfar berubah, masyarakat pun geger; terutama para santri kalong, orang-orang kampung yang ikut mengaji tapi tidak tinggal di pesantren seperti Kang Solikin, yang selama ini merasa dekat dengan beliau. Mula-mula Gus Jakfar menghilang berminggu-minggu, kemudian ketika kembali tahu-tahu sikapnya berubah menjadi manusia biasa. Dia sama sekali berhenti dan tak mau lagi membaca tanda-tanda. Tak mau lagi memberikan isyarat-isyarat yang berbau ramalan. Ringkas kata dia benar-benar kehilangan keistimewaannya.
“Jangan-jangan ilmu beliau hilang pada saat beliau menghilang itu,” komentar Mas Guru Slamet penuh penyesalan, “wah, sayang sekali! Apa gerangan yang terjadi pada beliau?”
“Kemana beliau pergi saat menghilang pun, kita tidak tahu,” kata Lik Salamun, “kalau saja kita tahu kemana beliau, mungkin kita akan mengetahui apa yang terjadi pada beliau dan mengapa beliau kemudian berubah.”
“Tapi bagaimana pun, ini ada hikmahnya,” ujar Ustadz Kamil, “paling tidak kini, kita bisa setiap saat menemui Gus Jakfar tanpa merasa deg-degan dan was-was; bisa mengikuti pengajiannya dengan niat tulus mencari ilmu. Maka jika kita ingin mengetahui apa yang terjadi dengan gus kita ini, hingga sikapnya berubah atau ilmunya hilang, sebaiknya kita langsung saja menemui beliau.”
Begitulah, sesuai usul Ustadz Kamil, pada malam Jumat sehabis wiridan salat Isya, dimana Gus Jakfar prei, tidak mengajar, rombongan santri kalong sengaja mendatangi rumahnya. Kali ini hampir semua anggota rombongan merasakan keakraban Gus Jakfar, jauh melebihi yang sudah-sudah. Mungkin karena kini tidak ada lagi sekat berupa keseganan, was-was, dan rasa takut.
Setelah ngobrol kesana-kemari akhirnya Us tadz Kamil berterus terangmengungkapkan maksud utama kedatangan rombongan, “Gus, di samping silaturahmi seperti biasa, malam ini kami datang juga dengan sedikit keperluan khusus. Singkatnya, kami penasaran dan sangat ingin tahu latar belakang perubahan sikap sampeyan.”
“Perubahan apa?” tanya Gus Jakfar sambil tersenyum penuh arti, “Sikap yang mana? Kalian ini ada-ada saja. Saya kok merasa tidak berubah.”
“Dulu sampeyan kan biasa dan suka membaca tanda-tanda orang,” tukas Mas Guru Slamet, “kok sekarang tiba-tiba mak pet, sampeyan tak mau lagi membaca bahkan diminta pun tak mau.”
“O, itu,” kata Gus Jakfar seperti benar-benar baru tahu. Tapi dia tidak segera meneruskan bicaranya. Diam agak lama, baru setelah menyeruput kopi di depannya, dia melanjutkan: “Ceritanya panjang.” Dia berhenti lagi, membuat kami tidak sabar, tapi kami diam saja.
“Kalian ingat, ketika saya lama menghilang?” akhirnya Gus Jakfar bertanya, membuat kami yakin dia benar-benar siap untuk bercerita, maka serempak kami mengangguk. “Suatu malam saya bermimpi ketemu ayah dan saya disuruh mencari seorang wali sepuh yang tinggal di sebuah desa kecil di lereng gunung yang jaraknya dari sini sekitar 200 km ke arah selatan. Namanya Kiai Tawakkal. Kata ayah dalam mimpi itu, hanya kiai-kiai tertentu yang tahu tentang kiai yang usianya sudah lebih 100 tahun ini. Santri-santri yang belajar kepada beliau pun rata-rata sudah disebut kiai di daerah masing-masing.”
“Terus terang, sejak bermimpi itu, saya tidak bisa menahan keinginan saya untuk berkenalan dan kalau bisa berguru kepada wali Tawakkal itu. Maka dengan diam-diam dan tanpa pamit siapa-siapa, saya pun pergi ke tempat yang ditunjukkan ayah dalam mimpi dengan niat bilbarakah dan menimba ilmu beliau. Ternyata ketika sampai disana, hampir semua orang yang saya jumpai mengaku tidak mengenal nama Kiai Tawakkal. Baru setelah seharian melacak kesana-kemari, ada seorang tua yang memberi petunjuk. ‘Cobalah nakmas ikuti jalan setapak disana itu,’ katanya, ‘Nanti nakmas akan berjumpa dengan sebuah sungai kecil, terus saja nakmas menyeberang. Begitu sampai seberang, nakmas akan melihat gubuk-gubuk kecil dari bambu. Nah kemungkinan besar orang yang nakmas cari akan nakmas jumpai di sana. Di gubuk yang terletak di tengah-tengah itulah tinggal seorang tua seperti yang nakmas gambarkan. Orang sini memanggilnya Mbah Jogo. Barangkali itulah yang nakmas sebut Kiai siapa tadi?’ ‘Kiai Tawakkal.’ ‘Ya, kiai Tawakal. Saya yakin itulah orangnya, Mbah Jogo.’ Saya pun mengikuti petunjuk orang tua itu, menyeberang sungai dan menemukan sekelompok rumah gubuk dari bambu. Dan betul, di gubuk bambu yang terletak di tengah-tengah, saya menemukan Kiai Tawakkal alias Mbah Jogo sedang dikelilingi santri-santrinya yang rata-rata sudah tua. Saya diterima dengan penuh keramahan, seolah-olah saya sudah merupakan bagian dari mereka. Dan kalian tahu? Ternyata penampilan Kiai Tawakkal sama sekali tidak mencerminkan sebagai orang tua. Tubuhnya tegap dan wajahnya berseri-seri. Kedua matanya indah memancarkan kearifan. Bicaranya jelas dan teratur. Hampir semua kalimat yang meluncur dari mulut beliau bermuatan kata-kata hikmah.”
Tiba-tiba Gus Jakfar berhenti, menarik nafas panjang, baru kemudian melanjutkan, “Hanya ada satu hal yang membuat saya terkejut dan terganggu. Saya melihat di kening beliau yang lapang, ada tanda yang jelas sekali, seolah-olah saya membaca tulisan dengan huruf yang cukup besar berbunyi ‘Ahli neraka’. Astaghfirullah! Belum pernah selama ini saya melihat tanda yang begitu gamblang. Saya ingin tidak mempercayai apa yang saya lihat. Pasti saya keliru. Masak seorang yang dikenal wali, berilmu tinggi, dan disegani banyak kiai yang lain, disurat sebagai ahli neraka. Tak mungkin. Saya mencoba meyakin- yakinkan diri saya bahwa itu hanyalah ilusi, tapi tak bisa. Tanda itu terus melekat di kening beliau. Bahkan belakangan saya melihat tanda itu semakin jelas ketika beliau habis berwudhu. Gila.”
“Akhirnya niat saya untuk menimba ilmu kepada beliau, meskipun secara lisan memang saya sampaikan demikian, dalam hati sudah berubah menjadi keinginan untuk menyelidiki dan memecahkan keganjilan ini. Beberapa hari saya amati perilaku Kiai Tawakkal, saya tidak melihat sama sekali hal-hal yang mencurigakan. Kegiatan rutinnya sehari-hari tidak begitu berbeda dengan kebanyakan kiai yang lain: mengimami salat jamaah; melakukan salat-salat sunnat seperti dhuha, tahajjud, witir, dan sebagainya, mengajar kitab-kitab (umumnya kitab-kitab besar); mujahadah; dzikir malam; menemui tamu; dan semisalnya. Kalau pun beliau keluar biasanya untuk memenuhi undangan hajatan atau-dan ini sangat jarang sekali mengisi pengajian umum. Memang ada kalanya beliau keluar pada malam-malam tertentu; tapi menurut santri-santri yang lama, itu pun merupakan kegiatan rutin yang sudah dijalani Kiai Tawakkal sejak muda. Semacam lelana brata kata mereka.”
“Baru setelah beberapa minggu tinggal di ‘pesantren bambu’, saya mendapat kesempatan atau tepatnya keberanian untuk mengikuti Kiai Tawakkal keluar. Saya pikir inilah kesempatan untuk mendapatkan jawaban atas tanda tanya yang selama ini mengganggu saya.” “Begitulah, pada suatu malam purnama, saya melihat kiai keluar dengan berpakaian rapi. Melihat waktunya yang sudah larut, tidak mungkin beliau pergi untuk mendatangi undangan hajatan atau lainnya. Dengan hati-hati, saya pun membuntutinya dari belakang; tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh. Dari jalan setapakhingga ke jalan desa, kiai terus berjalan dengan langkah yang tetap tegap. Akan kemana beliau gerangan? Apa ini yang disebut semacam lelana brata? Jalanan semakin sepi; saya pun semakin berhati-hati mengikutinya, khawatir tiba-tiba kiai menoleh ke belakang.”
“Setelah melewati kuburan dan kebun sengon, beliau berbelok. Ketika kemudian saya ikut belok, saya kaget, ternyata sosoknya tak kelihatan lagi. Yang terlihat justru sebuah warung yang penuh pengunjung. Terdengar gelak tawa ramai sekali. Dengan bengong, saya mendekati warung terpencil dengan penerangn petromak itu. Dua orang wanita-yang satu masih muda dan yang satunya lagi agak lebih tua dengan dandanan yang menor, sibuk melayani pelanggan sambil menebar tawa genit kesana-kemari. Tidak mungkin kiai mampir ke warung ini, pikir saya; ke warung biasa saja tidak pantas, apalagi warung yang suasananya saja mengesankan kemesuman ini. ‘Mas Jakfar!’ tiba-tiba saya dikagetkan oleh suara yang tidak asing di telinga saya, memanggil-manggil nama saya. Masya Allah, saya hampir-hampir tidak mempercayai pendengaran dan penglihatan saya. Memang betul, mata saya melihat Kiai Tawakkal melambaikan tangan dari dalam warung. Ah. Dengan kikuk dan pikiran tak karuwan, saya pun terpaksa masuk dan menghampiri kiai saya yang duduk santai di pojok. Warung penuh dengan asap rokok. Kedua wanita menor menyambut saya dengan senyumpenuh arti. Kiai Tawakkal menyuruh orang di sampingnya untuk bergeser, ‘Kasi kawan saya ini tempat sedikit!’. Lalu, kepada orang- orang yang ada di warung, kiai memperkenalkan saya. Katanya: ‘Ini kawan saya, dia baru datang dari daerah yang cukup jauh. Cari pengalaman katanya.’ Mereka yang duduknya dekat, serta merta mengulurkan tangan, menjabat tangan saya dengan ramah; sementara yang jauh, melambaikan tangan.”
“Saya masih belum sepenuhnya menguasai diri, masih seperti dalam mimpi, ketika tiba-tiba saya dengar kiai menawari, ‘Minum kopi ya?’ Saya mengangguk asal mengangguk. ‘Kopi satu lagi, yu!’ kata kiai kemudian kepada wanita warung sambil mendorong piring jajan ke dekat saya. ‘Silakan! Ini namanya rondo royal, tape goreng kebanggaan warung ini!’ Lagi-lagi saya hanya menganggukkan kepala asal mengangguk.”
“Kiai Tawakkal kemudian asyik kembali dengan ‘kawan-kawan’nya dan membiarkan saya bengong sendiri. Saya masih tak habis pikir, bagaimana mungkin Kiai Tawakkal yang terkenal waliyullah dan dihormati para kiai lain, bisa berada di sini. Akrab dengan orang- orang beginian; bercanda dengan wanita warung. Ah, inikah yang disebut lelana brata? Ataukah ini merupakan dunia lain beliau yang sengaja disembunyikan dari umatnya? Tiba-tiba saya seperti mendapat jawaban dari tanda tanya yang selama ini mengganggu saya dan karenanya saya bersusah payah mengikutinya malam ini. O, pantas di keningnya kulihat tanda itu. Tiba-tiba sikap pandangan saya terhadap beliau berubah. ‘Mas, sudah larut malam,” tiba-tiba suara Kiai Tawakkal membuyarkan lamunan saya, ‘kita pulang, yuk!’ Dan tanpa menunggu jawaban saya, kiai membayari minuman dan makanan kami, berdiri, melambai kepada semua, kemudian keluar. Seperti kerbau dicocok hidung, saya pun mengikutinya. Ternyata setelah melewati kebun sengon, Kiai Tawakkal tidak menyusuri jalan-jalan yang tadi kami lalui, ‘Biar cepat, kita mengambil jalan pintas saja!’ katanya.”
“Kami melewati pematang, lalu menerobos hutan, dan akhirnya sampaidi sebuah sungai. Dan, sekali lagi saya menyaksikan kejadian yang menggoncangkan. Kiai Tawakkal berjalan di atas permukaan air sungai, seolah-olah di atas jalan biasa saja. Sampai di seberang, beliau menoleh ke arah saya yang masih berdiri mematung. Beliau melambai, ‘Ayo!’ teriaknya. Untung saya bisa berenang; saya pun kemudian berenang menyeberangi sungai yang cukup lebar. Sampai di seberang, ternyata Kiai Tawakkal sudah duduk-duduk di bawah pohon randu alas, menunggu. ‘Kita istirahat sebentar,’ katanya tanpa menengok saya yang sibuk berpakaian, ‘kita masih punya waktu, insya Allah sebelum subuh kita sudah sampai pondok.’ Setelah saya ikut duduk di sampingnya, tiba-tiba dengan suara berwibawa, kiai berkata mengejutkan, ‘Bagaimana? Kau sudah menemukan apa yang kau cari? Apakah kau sudah menemukan pembenar dari tanda yang kau baca di kening saya? Mengapa kau seperti masih terkejut? Apakah kau yang mahir melihat tanda-tanda, menjadi ragu terhadap kemahiranmu sendiri?’ Dingin air sungai rasanya semakin menusuk mendengar rentetan pertanyaan-pertanyaan beliau yang menelanjangi itu. Saya tidak bisa berkata apa-apa. Beliau yang kemudian terus berbicara. ‘Anak muda, kau tidak perlu mencemaskan saya hanya karena kau melihat tanda ‘Ahli neraka’ di kening saya. Kau pun tidak perlu bersusah-payah mencari bukti yang menunjukkan bahwa aku memang pantas masuk neraka. Karena pertama, apa yang kau lihat belum tentu merupakan hasil dari pandangan kalbumu yang bening. Kedua, kau kan tahu, sebagaimana neraka dan sorga, aku adalah milik Allah. Maka terserah kehendak-Nya, apakah Ia mau memasukkan diriku ke sorga atau ke neraka. Untuk memasukkan hambaNya ke sorga atau neraka, sebenarnyalah Ia tidak memerlukan alasan. Sebagai kiai, apakah kau berani menjamin amalmu pasti mengantarkanmu ke sorga kelak? Atau kau berani mengatakan bahwa orang-orang di warung tadi yang kau pandang sebelah mata itu, pasti masuk neraka? Kita berbuat baik karena kita ingin dipandang baik oleh-Nya, kita ingin berdekat-dekat denganNya, tapi kita tidak berhak menuntut balasan kebaikan kita. Mengapa? Karena kebaikan kita pun berasal dari-Nya. Bukankah begitu?’ Aku hanya bisa menunduk. Sementara Kiai Tawakkal terus berbicara sambil menepuk-nepuk punggung saya, ‘Kau harus lebih berhati-hati bila mendapat cobaan Allah berupa anugerah. Cobaan yang berupa anugerah tidak kalah gawatnya dibanding cobaan yang berupa penderitaan. Seperti mereka yang di warung tadi, kebanyakan mereka orang susah. Orang susah sulit kau bayangkan bersikap takabbur, ujub, atau sikap-sikap lain yang cenderung membesarkan diri sendiri. Berbeda dengan mereka yang mempunyai kemampuan dan kelebihan, godaan untuk takabbur dan sebagainya itu datang setiap saat. Apalagi bila kemampuan dan kelebihan itu diakui oleh banyak pihak.’ Malam itu saya benar-benar merasa mendapatkan pemahaman dan pandangan baru dari apa yang selama ini sudah saya ketahui. ‘Ayo, kita pulang!’ tiba-tiba kiai bangkit, ‘Sebentar lagi subuh. Setelah sembahyang subuh nanti, kau boleh pulang.’ Saya tidak merasa diusir; nyatanya memang saya sudah mendapat banyak dari kiai luar biasa ini.”
“Ketika saya ikut bangkit, saya celingukan. Kiai Tawakkal sudah tak tampak lagi. Dengan bingung saya terus berjalan. Kudengar azan subuh berkumandang dari sebuah surau, tapi bukan surau bambu. Seperti orang linglung, saya datangi surau itu dengan harapan bisa ketemu dan berjamaah salat subuh dengan Kiai Tawakkal. Tapi, jangankan Kiai Tawakkal, orang yang mirip beliau pun tak ada. Tak seorang pun dari mereka yang berada di surau itu yang saya kenal. Baru setelah sembahyang, seseorang menghampiri saya, ‘Apakah sampeyan Jakfar?’ tanyanya. Ketika saya mengiyakan, orang itu pun menyerahkan sebuah bungkusan yang ternyata berisi barang-barang milik saya sendiri. ‘Ini titipan Mbah Jogo, katanya milik sampeyan.’ ‘Beliau dimana?’ tanya saya buru-buru. ‘Mana saya tahu?’ jawabnya, ‘Mbah Jogo datang dan pergi semaunya. Tak ada seorang pun yang tahu dari mana beliau datang dan kemana beliau pergi.’ Begitulah ceritanya. Dan Kiai Tawakkal alias Mbah Jogo yang telah berhasil merubah sikap saya itu tetap merupakan misteri.”
Gus Jakfar sudah mengakhiri ceritanya, tapi kami yang dari tadi mendengarkan, masih diam tercenung, sampai Gus Jakfar kembali menawarkan suguhannya.
***
Rembang, Mei 2002 
 
Berikut Video dari Cerpen Gus Ja'far dan Kiyai Tawakkal.
 

Jumat, 27 Maret 2020

75 Dosa-Dosa Besar yang Selalu Mengintai Manusia

Dosa besar adalah segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya yang mana pelakunya akan mendapat siksaan yang berat dari Allah SWT, sebagaimana telah diterangkan di dalam Alquran dan As-Sunah. 

Diantara macam-macam dosa besar tersebut adalah:
  1. Menyekutukan Allah SWT (Syirik)
  2. Durhaka kepada Kedua Orang Tua
  3. Memakan Harta Anak Yatim
  4. Minum Minuman yang Memabukkan
  5. Berbuat Zina (Pelacuran)
  6. Menuduh Orang Baik Berbuat Zina
  7. Liwath (Homoseksual)
  8. Riba (Rentenir)
  9. Mengingkari Janji
  10. Bermain Judi
  11. Sihir (tenung)
  12. Berbuat Riya'
  13. Bersaksi Palsu
  14. Bersumpah Palsu
  15. Nusyuz (Durhaka terhadap Suami)
  16. Pembunuhan
  17. Mengurangi Timbangan
  18. Berbuat Dusta (Berbohong)
  19. Namimah (Memfitnah)
  20. Ujub, Sombong dan Membangkang
  21. Mengungkit ngungkit Sedekah
  22. Lari dari Medang Perang
  23. Menyebut kejelekan Oran Lain (Ghibah)
  24. Tidak mau menyapa Melebihi 3 Hari
  25. Korupsi (Khianat)
  26. Menghina Umat Islam
  27. Bunuh Diri
  28. Lelaki Memakai Sutra dan Emas
  29. Memandang Wanita yang bukan Muhrimnya
  30. Bersenang senang dihadapan Muslim yang sedang Berduka
  31. Mengadu Domba
  32. Mencuri
  33. Mengakhirkan Shalat
  34. Menyuap Hukum
  35. Menggunjing
  36. Mencari Harta dengan Jalan yang Haram
  37. Boikot memboikot
  38. Melukis hewan pada Kain, Batu dan lainnya
  39. Menyiksa Hamba Sahaya
  40. Niyahah (Meratapi karena Kematian)
  41. Menjual Barang dengan Sumpah Palsu
  42. Menyakiti tetangga
  43. Hutang Piutang yang tidak di tepati
  44. Lelaki seperti Wanita (Banci) dan sebaliknya
  45. Mengingkari Takdir
  46. Mengutuk Manusia dsn Hewan
  47. Bermuka Dua
  48. Mencaci Maki Umat Islam
  49. Menyelidiki dan Menyebarkan Aib Orang Lain
  50. Menghajar/ memukul Melebihi Batas
  51. Memelihara Anjing
  52. Beranggapan Sial Akibat Hal Tertentu
  53. Boros (Berlebihan)
  54. Meninggalkan Shalat Fardhu
  55. Memalsu (Menipu) dan Mengelabuhi
  56. Mengutuk Pelaku Maksiat
  57. Menumpang Nasab Orang Lain
  58. Bersumpah dengan Selain Allah SWT
  59. Marah
  60. Berpuasa Sebelum Masuk Bulan Ramadhan
  61. Memaksakan Diri di Luar Batas Kemampuan
  62. Menyerupai Perilaku Syetan dan Orang Kafir
  63. Membuat Tahi Lalat Palsu dan Menyambung Rambut
  64. Berbuat Zalim (Aniaya)
  65. Tipu Daya
  66. Membunuh Binatang dengan Cara Membakarnya
  67. Berbisik bisik di dalam Shalat Berjamaah
  68. Menyepi dengan Perempuan yang bukan Muhrimnya
  69. Hasud (Iri Hati)
  70. Mengganggu (Menyakiti) Orang Lain
  71. Bakhil/ Kikir
  72. Dukun dan Ahli Nujum
  73. Melontarkan Ucapan Tanpa Perhitungan
  74. Seorang Pemimpin yang Menipu Rakyatnya
  75. Meninggalkan Shalat Jumat tanpa Alasan Syar'i
Dengan mengetahui macam-macam dosa besar tersebut, seyogyanya kita sebagai manusia biasa yang tidak bisa terlepas dari kesalahan dan dosa, untuk selalu berdoa kepada Allah SWT agar selalu berada di jalan-Nya yang lurus dan bisa terhindar dari dosa-dosa tersebut. Semoga kita bisa istiqomah untuk selalu memperbaiki diri dan menghindari dosa, baik dosa kecil maupun dosa-dosa yang  besar.

(Diadopsi dari Buku 75 Dosa-Dosa Besar. Miftahus Salim, 2009. Surabaya: Ampel Mulia).

Kamis, 26 Maret 2020

Tips Belajar Daring Selama Libur Pandemi COVID 19


Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 di Indonesia membuat banyak universitas dan sekolah menghentikan proses pembelajaran tatap muka. Sebagai gantinya, pembelajaran dilakukan jarak jauh atau remote learning.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim juga berupaya membangun kerja sama dengan berbagai pihak yang fokus mengembangkan sistem pendidikan daring. Penerapan pembelajaran daring ini menuntut kesiapan bagi kedua belah pihak, baik itu dari penyedia layanan pendidikan atau dari peserta didik sendiri.

Bagaimanapun juga, pembelajaran secara daring dan jarak jauh membutuhkan bantuan teknologi yang mumpuni dan dapat diakses dengan mudah, terutama mahasiswa atau siswa yang memang tempat tinggalnya tidak terjangkau atau bahkan tdak ada fasilitas jaringan internet. Selain itu, para murid atau mahasiswa juga mesti siap beradaptasi dengan perubahan pembelajaran yang diatur oleh sekolah dan universitas. Dan justru dibagian adaptasi inilah banyak kendala yang akan ditemui, karena baru pertama kali mencoba dan masih banyak hal yang belum dipelajari, apalagi kalau bicara tentang perbedaan fasilitas dan pemahaman akan media komunikasi yang memang masih belum merata penguasaannya, terutama tenaga pengajar atau pendidik yang masih banyak belum bisa meggunakan media daring tersebut. Meskipun begitu, Remote learning/ pembelajaran daring dapat dipandang lebih bebas dan fleksibel diakses dari rumah.

Bagaimana pembelajaran daring dan jarak jauh dapat dilakukan dengan efektif? Ada beberapa tips yang bisa dilakukan yaitu sebagai berikut:
  • Tetapkan Manajemen Waktu
Atur waktu belajar dengan teratur. Kerjakan dengan fokus tugas yang dibebankan guru atau dosen. Hal ini lebih mudah dijalani jika pihak sekolah atau universitas memberikan batasan jadwal akses daring kepada murid-muridnya. Hal ini akan berbeda jika penyedia layanan pendidikan memberikan fleksibilitas penuh kepada pelajar. Para siswa mesti mengatur sendiri jadwal belajar mereka.

Bagi orang-orang yang belum terbiasa belajar mandiri, biasanya akan mengerjakan tugas-tugas sekolah atau kuliah di menit-menit terakhir tenggat waktu yang ditetapkan. Oleh sebab itu, membiasakan diri untuk belajar dan mengerjakan tugas di awal waktu adalah keterampilan yang mesti ditanamkan kepada siswa yang melakukan remote learning.
  • Persiapkan Teknologi yang Dibutuhkan
Para murid atau mahasiswa harus mengetahui peralatan-peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Tidak semua kampus sudah menyediakan layanan belajar daring yang memadai, oleh karenanya beberapa platform belajar daring dapat menjadi alternatif.
Demikian juga perkakas teknologi seperti komputer, gawai pintar, atau tablet menjadi penting, dan terutama juga jaringan internet yang laik.
  • Belajarlah dengan Serius
Kesalahan yang sering dilakukan siswa, sebagaimana dilansir dari Psychology Today adalah tidak fokus ketika melakukan remote learning. Selama melakukan pembelajaran di internet, terdapat banyak sekali distraksi yang mengganggu proses pembelajaran. Godaan untuk menonton video, mengakses media sosial, hingga membaca-baca konten berita secara impulsif seringkali dilakukan tanpa rencana sebelumnya.

Oleh sebab itu, penting bagi siswa untuk berusaha fokus dan konsisten selama waktu belajar yang ditetapkan. Hindari segala macam distraksi yang berpotensi mengganggu proses belajar. Jika memungkinkan, tetapkan ruang khusus untuk belajar dan menjauhkan diri dari gangguan anggota keluarga yang lain.
  • Jaga Komunikasi dengan Pengajar dan Rekan-rekan Kelas
Bagi yang belum terbiasa melakukan remote learning, ia harus menyesuaikan diri untuk terus visibel dan berkomunikasi tanggap dengan pengajar atau rekan kelas lain. Jika dibutuhkan, perlu juga diadakan grup khusus untuk membahas tugas yang dibebankan pengajar. Kendati tidak harus dilakukan dengan tatap muka, komunikasi mesti terjalin dengan baik untuk menghindari kesalahpahaman.

Gunakan momen-momen semacam ini untuk mengasah keterampilan komunikasi daring Anda. Jika memang belum yakin dengan hasil tugas yang dikerjakan, segera hubungi pengajar Anda. Lakukan sesegera mungkin untuk menunjukkan komitmen bahwa Anda serius untuk belajar. Kendati banyak siswa merasa kesulitan melakukan remote learning, jika sudah terbiasa, hal ini malah memberi kebebasan dan fleksibilitas tersendiri, yang tidak ditemui pada kegiatan belajar mengajar di ruang kelas.

Di tengah penyebaran virus corona COVID-19, pembelajaran daring semacam ini justru dapat menjadi alternatif jitu sebagai ganti pertemuan kelas tatap muka langsung. Sehingga siswa tidak akan pernah ketinggalan akan materi yang harus mereka pelajari dan kuasai. 

Daftar Nilai PAT PKK Kelas XI TBSM

DAFTAR NILAI PKK PENILAIAN AKHIR TAHUN (PAT)      SMK MUHAMMADIYAH 3 SUKOLILO TAHUN PELAJARAN 2019/2020   KELAS            : XI...